
Jelang Rilis Inflasi AS, Bursa Asia Ditutup Cerah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup cerah bergairah pada perdagangan Selasa (13/9/2022), di tengah sikap investor yang menanti rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS) periode Agustus 2022.
Hanya indeks Hang Seng Hong Kong yang ditutup di zona merah pada hari ini, yakni turun 0,18% ke posisi 19.326,86.
Sedangkan sisanya ditutup di zona hijau. Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,25% ke posisi 28.614,63, Shanghai Composite China naik tipis 0,05% ke 3.263,8, Straits Times Singapura bertambah 0,47% ke 3.290,08, ASX 200 Australia melaju 0,65% ke 7.009,7, KOSPI Korea Selatan melejit 2,74% ke 2.449,54, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melesat 0,88% menjadi 7.318,02.
Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas cerah bergairah terjadi jelang rilis data inflasi AS periode Agustus 2022.
Data inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) merupakan data ekonomi terakhir yang dapat menjadi masukan bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebelum memutuskan untuk menaikkan besaran suku bunga acuannya di bulan ini.
Pelaku pasar dalam polling Reuters memprediksikan bahwa IHK Negeri Paman Sam pada bulan lalu akan melandai ke 8,1% secara tahunan (yoy), dari sebelumnya sebesar 8,5% pada Juli 2022.
Sebelum rilis IHK, data ekspektasi inflasi juga sudah menunjukkan penurunan. Artinya konsumen di AS sudah melihat tanda-tanda inflasi mencapai puncaknya.
Data dari The Fed wilayah New York menunjukkan pada Agustus ekspektasi inflasi 12 bulan ke depan sebesar 5,75%. Angka tersebut turun jauh dari bulan sebelumnya 6,2% dan menjadi yang terendah sejak Oktober 2021, atau saat The Fed mulai mengetatkan kebijakan moneternya.
Rilis tersebut juga menunjukkan rata-rata inflasi dalam 3 tahun ke depan berada di kisaran 2,8%, terendah sejak akhir 2020.
Ekspektasi inflasi menjadi salah satu faktor penting yang bisa menentukan tingkat inflasi. Ketika ekspektasi inflasi tinggi, ada risiko produsen akan menaikkan harga produknya, yang pada akhirnya memicu kenaikan IHK.
Meski begitu, pelaku pasar memprediksikan bahwa The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bp) untuk meredam inflasi yang masih tinggi.
Ketua Fed, Jerome Powell pada pekan lalu memberikan pidato bahwa ia dan rekan-rekannya berkomitmen untuk membawa inflasi turun.
Selain inflasi yang diprediksi kembali melandai, beberapa sentimen termasuk melemahnya dolar AS dan keberhasilan militer Ukraina mampu menopang laju indeks.
"Kombinasi dari keberhasilan yang agak mengejutkan di Ukraina, dan kemungkinan berita utama inflasi yang sangat menguntungkan yang bahkan mungkin menunjukkan penurunan untuk bulan lalu, dapat menempatkan kita ke dalam situasi di mana kita memiliki reli yang berkelanjutan di sini," kata Phillip Toews, CEO Manajemen Aset Toews.
"Dan pada saat itu ancaman utama dalam jangka pendek dan jangka menengah adalah apakah pendapatan terus memburuk."
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
