
Pertama Kali Dalam Sejarah, IHSG Ditutup di Atas Level 7.300!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin mendekati rekor penutupan All Time High (ATH) pada perdagangan Selasa (13/9/2022). IHSG ditutup melesat 0,88% di 7.318,02 pada akhir sesi II.
Meskipun belum berhasil menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah di angka 7.355,3, tapi hari ini pertama kalinya IHSG ditutup di atas level 7.300 dan mencetak sejarah level penutupan tertinggi. Sebelumnya level 7.300 hanya dicicipi di level intraday bukan penutupan pada tanggal 11 dan 12 April lalu.
IHSG konsisten bergerak di zona hijau sejak dibuka menguat 0,29% di 7.275,51. IHSG bahkan menyentuh posisi intraday tertinggi di 7.345,46.
Mayoritas saham ditransaksikan menguat dengan nilai transaksi cukup ramai Rp 16,5 triliun. Sebanyak 329 saham mengalami apresiasi, 218 saham terkoreksi dan 160 saham stagnan.
Penguatan IHSG menjadikan indeks saham acuan bursa domestik memimpin di kawasan regional Asia. Di posisi kedua ada indeks Straits Times yang naik 0,63%.
Katalis positif juga datang dari penguatan Wall Street semalam. Ketiga indeks saham acuan Bursa New York kompak finish di zona hijau. Indeks Dow Jones naik 0,71% sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing melesat 1,06% dan 1,27%.
Pergerakan bursa saham globaltermasuk IHSG pada minggu ini masih akan dipengaruhi oleh sentimen luar negeri. Fokus utama tertuju kepada Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.
Saat ini pasar saham tengah bergejolak menjelang pertemuanbank sentral AS, The Fed pada 20-21 September. Investor menanti keputusan Jerome Powell dkk. mengenai kenaikan suku bunga.
Pejabat Fed telah menegaskan dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka akan terus menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi bahkan jika itu merugikan pertumbuhan ekonomi.
Investor juga mencermati rilis inflasi yang akan dirilis pada hari Selasa, diharapkan akan melandai pada Agustus dengan inflasi sebesar 8,1%year-on-year/yoy, dibandingkan dengan 8,5% yoy pada Juli.
Beberapa sentimen termasuk melemahnya dolar AS dan keberhasilan militer Ukraina mampu menopang laju indeks.Banyak pedagang juga optimis tentang laporan indeks harga konsumen Agustus,yang dijadwalkan untuk dirilis pada Selasa. Laporan tersebut adalah salah satu bagian terakhir dari data inflasi yang akan dilihat Fed menjelang pertemuan September.
Investor berharap ketika inflasi melandai membuat agresivitas bank sentral AS, The Fed, dalam menaikkan suku bunga acuannya akan berkurang.
Saat ini, para pelaku pasar memperkirakan suku bunga akan naik 75 basis poin (bp) pada pertemuan The Fed pada 21 September nanti. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp adalah 92,0%.
Meskipun sentimen dari AS masih dinantikan oleh pelaku pasar, namun sentimen dalam negeri sepertinya cukup kuat untuk mendorong IHSG siang ini, bahkanmampu menembus level all time high.
Dari dalam negeri, ada sinyal positif dari pernyataan Kementerian Keuangan yang menyebutkan bahwa inflasi akan melandai pada Oktober 2022.
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan Kemenkeu akan mengungkit inflasi sebesar 1,38%month-to-month(mtm) pada September. Kemudian akan melambat pada Oktober dan November, masing-masing melaju 0,45% dan 0,27%.
Sehingga inflasi tahunan diperkirakan sebesar 6,3% - 6,7% pada tahun ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal Kemenkeu berada di atas 5%, tepatnya 5,1% - 5,4%.
(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000