Nyaris Lompat 1%, IHSG Akhirnya Tembus Level 7.300

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
13 September 2022 11:44
Karyawan melintas di depan layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (5/7/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I Selasa (13/9/2022) mengekor bursa saham Amerika Serikat (AS) yang menghijau pada perdagangan semalam. Sementara, pasar juga merespon positif pernyataan Kementerian Keuangan RI yang menyebutkan bahwa inflasi akan melandai pada Oktober.

IHSG dibuka menguat 0,29% di posisi 7.275,51 dan ditutup di zona hijau dengan apresiasi 0,91% atau 66,09 poin ke 7.320,56 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 9,29 triliun dengan melibatkan lebih dari 19 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona hijau. Selang 10 menit perdagangan indeks menguat 0,65% ke 7.294,95. Pukul 09:35 WIB IHSG terpantau berhasil menembus level 7.300 dengan menguat 0,7% ke 7.305,51. Indeks terus melanjutkan penguatan hingga penutupan perdagangan sesi I.

Level tertinggi berada di 7.335,03 sekitar pukul 11:20 WIB, sementara level terendah berada di 7.271,91 sesaat setelah perdagangan dibuka. Mayoritas saham siang ini menguat yakni sebanyak 344 unit, sedangkan 180 unit lainnya melemah, dan 170 sisanya stagnan.

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya hari ini, yakni mencapai Rp 947 miliar. Sedangkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 524,8 miliar dan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) di posisi ketiga sebesar Rp 443,4 miliar.

Pergerakan IHSG mendapatkan katalis positif dari indeks bursa Amerika Serikat (AS). Tiga indeks utama Wall Street kompak menguat pada sesi perdagangan awal pekan hari ini jelang rilis data inflasi AS yang di proyeksi akan melandai.

Dow Jones Industrial Average naik 229,63 poin, atau 0,7%.Kemudian indeks S&P 500 naik 1,6% menjadi 4.110,41, dan Nasdaq Composite bertambah 1,27% menjadi 12.266,41.

Pergerakan bursa saham global termasuk IHSG pada minggu ini masih akan dipengaruhi oleh sentimen luar negeri. Fokus utama tertuju kepada Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.

Saat ini pasar saham tengah bergejolak menjelang pertemuan bank sentral AS, The Fed pada 20-21 September. Investor menanti keputusan Jerome Powell dkk. mengenai kenaikan suku bunga.

Pejabat Fed telah menegaskan dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka akan terus menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi bahkan jika itu merugikan pertumbuhan ekonomi.

Investor juga mencermati rilis inflasi yang akan dirilis pada hari Selasa, diharapkan akan melandai pada Agustus dengan inflasi sebesar 8,1%year-on-year/yoy, dibandingkan dengan 8,5% yoy pada Juli.

Beberapa sentimen termasuk melemahnya dolar AS dan keberhasilan militer Ukraina mampu menopang laju indeks.Banyak pedagang juga optimis tentang laporan indeks harga konsumen Agustus,yang dijadwalkan untuk dirilis pada Selasa. Laporan tersebut adalah salah satu bagian terakhir dari data inflasi yang akan dilihat Fed menjelang pertemuan September.

Investor berharap ketika inflasi melandai membuat agresivitas bank sentral AS, The Fed, dalam menaikkan suku bunga acuannya akan berkurang.

Saat ini, para pelaku pasar memperkirakan suku bunga akan naik 75 basis poin (bp) pada pertemuan The Fed pada 21 September nanti. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp adalah 92,0%.

Meskipun sentimen dari AS masih dinantikan oleh pelaku pasar, namun sentimen dalam negeri sepertinya cukup kuat untuk mendorong IHSG siang ini, bahkan mampu menembus level all time high.

Dari dalam negeri, ada sinyal positif dari pernyataan Kementerian Keuangan yang menyebutkan bahwa inflasi akan melandai pada Oktober 2022.

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan Kemenkeu akan mengungkit inflasi sebesar 1,38%month-to-month(mtm) pada September. Kemudian akan melambat pada Oktober dan November, masing-masing melaju 0,45% dan 0,27%.

Sehingga inflasi tahunan diperkirakan sebesar 6,3% - 6,7% pada tahun ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal Kemenkeu berada di atas 5%, tepatnya 5,1% - 5,4%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum) Next Article IHSG Sesi I Hari Ini Turun Tipis, 268 Saham Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular