
Ajaib! Sentimen Konsumen-Bisnis Australia Naik, Kebal Resesi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski isu resesi semakin kuat di Australia, nyatanya sentimen konsumen dan dunia usaha membaik. Hal ini membuat dolar Australia kembali menanjak melawan rupiah, menjauhi level Rp 10.000/AU$.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 9:53 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.205/AU$, melemah 0,16% di pasar spot. Namun, dalam 2 hari terakhir melesat lebih dari 1,6%.
Inflasi yang tinggi serta bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang agresif menaikkan suku bunga membuat Negeri Kanguru diperkirakan akan mengalami resesi.
Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Australia diperkirakan masih akan terus menanjak dan mencapai puncaknya sebesar 7,75% pada kuartal IV-2022, dari kuartal II-2022 sebesar 6,1% yang merupakan level tertinggi dalam 21 tahun terakhir.
Inflasi diperkirakan baru akan mencapai target RBA 2% - 3% pada akhir 2024.
Guna meredam inflasi, RBA sudah menaikkan suku bunga 5 bulan beruntun. Di awal bulan ini, suku bunga dinaikkan sebesar 50 basis poin menjadi 2,35%, tertinggi sejak Desember 2014.
Semakin tinggi kenaikan suku bunga, maka risiko resesi Australia akan semakin besar.
"Banyak bank sentral saat ini mandatnya pada dasarnya berubah menjadi tunggal, yakni menurunkan inflasi. Kredibilitas kebijakan moneter merupakan aset yang sangat berharga yang tidak boleh hilang, sehingga bank sentral akan agresif menaikkan suku bunga," kata Rob Subbraman, kepala ekonom Nomura dalam acara Street Signs Asia CNBC International, Selasa (5/7/2022).
Subbraman memproyeksikan dalam 12 bulan ke depan zona euro, Inggris, Jepang, Australia, Kanada dan Korea Selatan juga akan mengalami resesi.
Namun, nyatanya indeks keyakinan konsumen (IKK) Australia justru naik untuk pertama kalinya dalam 10 bulan terakhir. Westpac Banking Corp. melaporkan IKK pada September naik 84,4 dari bulan sebelumnya 81,2.
Meski masih di bawah 100, yang artinya konsumen pesimistis, tetapi kenaikan yang terjadi bisa dikatakan mengejutkan.
Selain itu, tingkat keyakinan bisnis Australia juga naik. Data dari National Australia Bank (NAB) menunjukkan 10 pada Agustus, naik dari bulan sebelumnya 8. Kenaikan tersebut sudah terjadi dalam dua bulan berturut-turut, setelah merosot selama 3 bulan hingga mencapai angka 1 pada Juni lalu.
Indeks ini menggunakan angka 0 sebagai batas. Di bawahnya berarti dunia usaha pesimistis menatap perekonomian, sementara di atasnya optimistis.
"Inflasi dan tingkat suku bunga pada akhirnya akan membebani rumah tangga, menurunkan konsumsi dan pada akhirnya meredakan tekanan inflasi. Tetapi sejauh ini dinamika tersebut belum terlihat," kata kepala ekonom NAB, Alan Oster, sebagaimana dilansir Yahoo Finance.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
