
RI Kipas-kipas Duit, Dapat Royalti Batu Bara Dari Emiten Ini

Bumi Resources (BUMI)
BUMI dan anak usahanya di sektor tambang batu bara memang diketahui menjadi salah satu perusahaan dengan kontribusi PNBP terbesar. Namun hal ini tidak tercermin langsung dalam laporan keuangan perusahaan, di mana royalti yang dibayarkan perusahaan tercatat US$ 269 juta atau setara dengan Rp 4 triliun (asumsi kurs Rp 14.900). Angka tersebut sejatinya naik signifikan dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 54 juta.
Rendahnya pembayan royalti - relatif terhadap emiten batu bara besar lain - BUMI disebabkan satu faktor utama yakni besaran kepemilikan di anak usaha. Kaltim Prima Coal merupakan perusahaan dengan kontribusi royalti terbesar, akan tetapi kepemilikan BUMI hanya 51%. Sedangkan di Arutmin yang juga salah satu pemain batu bara utama, kepemilikan BUMI mencapai 90%.
Pada 2018, BUMI dinobatkan sebagai Pembayar PNBP Terbesar di Indonesia. Secara keseluruhan kontribusi Grup BUMI melalui Kaltim Prima Coal dan Arutmin mencapai Rp 8,4 trilun.
Sebelumnya pada 2017, BUMI juga dinobatkan sebagai perusahaan yang memberikan PNBP terbesar dengan nilai lebih dari Rp 9 triliun. Jumlah ini dengan rincian KPC senilai Rp 6,62 triliun di posisi pertama dan Arutmin Rp 2,47 triliun di posisi kelima.
Adaro Energy Indonesia (ADRO)
Dalam enam bulan pertama tahun ini royalti menjadi porsi terbesar terhadap beban pokok pendapatan Adaro, dengan angkanya bahkan melebihi biaya penambangan.
Adaro dalam laporan keuangan menyebut biaya royalti semeter I 2022 mencapai US$ 511 juta (Rp 7,61 triliun), naik dari US$ 180 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Melejitnya angka royalti didorong oleh harga jual rata-rata batu bara Adaro yang juga ikut naik signifikan.
Sebagai catatan izin PKP2B Adaro Indonesia akan jatuh tempo dan jika diperpanjang akan bertransisi menjadi IUPK tahun depan. Artinya, royalti yang dibayarkan Adaro Indonesia (tambang Adaro Indonesia meliputi 82% produksi ADRO pada 1H22) akan meningkat secara progresif sampai sekitar 28% dari tarif royalti 13,5% yang berlaku saat ini.
Golden Energy Mines (GEMS)
Emiten pertambangan yang tergabung dalam Grup Sinarmas ini juga merupakan salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia.
Semester pertama tahun ini, royalti yang tercatat sebagai beban pokok pendapatan mencapai US$ 219 juta (Rp 3,26 triliun), naik dari semula US$ 92 juta. Secara lebih luas kontribusi Grup Sinarmas akan lebih besar, mengingat grup milik keluarga Widjaja ini juga merupakan pemilik dari Berau Coal.
Indika Energy (INDY)
Sebagai satu-satunya perusahaan batu bara yang telah mengemukakan komitmennya mencapai netralitas karbon pada 2050, royalti yang disumbangkan INDY masih sangat besar. Artinya produksi batu bara saat ini juga masih sangat besar, bahkan dengan ambisi membatasi pendapatan batu bara di bawah 50% dari pendapatan grup di tahun 2025 dalam upaya transformasi bisnis.
Grup Indika merupakan operator dari salah satu tambang batu bara raksasa di Tanah Air yakni Kideco Jaya Agung yang 91% sahamnya dimiliki oleh perusahaan.
Pada semeter pertama tahun ini royalti yang masuk sebagai beban pokok perusahaan naik signifikan menjadi US$ 240 juta (Rp 3,58 triliun) dari semula US$ 118 juta.
Indo Tambangraya Megah (ITMG)
ITMG merupakan tambang batu bara yang dimiliki oleh perusahaan asal Thailand, Banpu. Saat ini ITMG merupakan salah satu pemain utama di sektor batu baru dengan sahamnya merupakan salah satu yang memiliki nominal paling tinggi di Bursa.
Pada semeter pertama tahun ini royalti yang masuk sebagai beban pokok perusahaan naik signifikan menjadi US$ 186 juta (Rp 2,77 triliun) dari semula US$ 78 juta.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd/dhf)[Gambas:Video CNBC]