Harga Batu Bara Kian Memanas, Konglomerat Ini Makin Kaya Raya

Market - Romys Binekasri, CNBC Indonesia
08 September 2022 11:00
Daftar Konglomerat yang Makin Tajir Gegara Batu Bara Foto: infografis/Daftar Konglomerat yang Makin Tajir Gegara Batu Bara/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Batu bara masih menjadi primadona dalam jenis komoditas. Pada perdagangan Rabu (7/9/2022), harga batu bara kontrak Oktober di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 434,7 per ton. Harganya ambrol 3,67% dibandingkan hari sebelumnya.

Meski melandai, harga si pasir hitam sempat mencetak rekor tertinggi dalam sejarah pada Senin (5/9/2022) hingga menembus US$ 463,75 per ton.

Dalam sepekan, harga batu bara masih melonjak 4,6% secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara terbang 20,6% sementara dalam setahun melesat 148,4%.

Berikut TIM RISET CNBC INDONESIA coba merangkum beberapa pihak yang diuntungkan dari kenaikan harga batu bara dunia.

1. Kiki Barki

Salah satu pengusaha nasional yang hartanya melejit karena reli harga batu bara tahun ini adalah Keluarga Barki, pemilik emiten pertambangan batu bara PT Harum Energy Tbk (HRUM).

Menurut laporan keuangan perusahaan yang terbit di situs Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan emiten yang ia kendalikan mencatatkan pertumbuhan pendapatan hingga 114% pada 2021 menjadi US$ 336,17 juta (Rp 4,82 triliun) dari semula hanya US$ 157,82 juta.

Pendapatan yang meningkat drastis mendorong kinerja laba bersih yang sepanjang tahun lalu meningkat 25,71% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 74,30 juta atau setara dengan Rp 1,06 triliun, dari laba bersih US$ 59,14 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Tahun lalu, nama Kiki Barki akhirnya muncul kembali dalam daftar 50 orang terkaya RI setelah absen tujuh tahun. Kekayaan bersihnya tahun lalu ditaksir mencapai US$ 1,6 miliar atau setara dengan Rp 22,96 triliun (kurs Rp 14.350/US$) dan bertengger di posisi 27 orang terkaya di Indonesia.

2. Low Tuck Kwong

Dato' Dr. Low Tuck Kwong, dilahirkan di Singapura 17 April 1948 dan berganti kewarganegaraan menjadi WNI pada 1992 memperoleh pundi-pundi dari kepemilikan saham di PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Titik balik kesuksesannya terjadi pada tahun 1997 ketika ia mengakuisisi tambang batu bara pertamanya yaitu PT Gunungbayan Pratamacoal.

BYAN merupakan emiten batu bara dengan kapitalisasi terbesar di bursa domestik. Tercatat kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 221,67 triliun, lebih besar dari Adaro Energy - tanpa memperhitungkan Adaro Minerals - ataupun emiten tambang batu bara pelat merah PTBA.

Akhir tahun lalu, Majalah Forbes menempatkan Low Tuck Kwong di posisi ke-18 orang terkaya di Indonesia dengan harta bersih ditaksir mencapai US$ 2,55 miliar.

3. Soeryadjaya (Kongsi Adaro)

Saudara menteri BUMN RI, Garibaldi 'Boy' Thohir bersama TP Rachmat dan Edwin Soeryadjaya mendirikan emiten raksasa PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), yang ketika pertama kali melantai di bursa tahun 2008 silam berhasil memperoleh dana IPO terbesar sepanjang sejarah yang baru-baru ini rekornya dipecahkan oleh Bukalapak.

Lokasi penambangan Adaro tersebar di Pulau Sumatra dan Kalimantan, selain itu terdapat juga situs penambangan berlokasi di Australia yang baru diakuisisi tahun 2018 lalu.

Beberapa perusahaan pertambangan di bawah Adaro Group antara lain PT Mustika Indah Permai (MIP), PT Bukit Enim Energi (BEE), Adaro Metcoal Companies (AMC), PT Bhakti Energi Persada (BEP) dan banyak lagi.

Akhir tahun lalu, Majalah Forbes menempatkan Boy Thohir di posisi ke-17 orang terkaya di Indonesia dengan harta bersih ditaksir mencapai US$ 2,6 miliar.

4. Keluarga Bakrie

Grup Bakrie tercatat memiliki bisnis di hampir semua sektor penting perekonomian. Gurita bisnis Grup Bakrie mencakup bisnis pertambangan, energi, infrastruktur, jasa keuangan, kesehatan, telekomunikasi, media, perkebunan hingga teknologi.

Roda bisnis bidang pertambangan milik Grup Bakrie dilaksanakan oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI). BUMI mengendalikan dua raksasa tambang batu bara Tanah Air yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.

Pada semester I-2022, pendapatan BUMI tercatat senilai US$ 3,8 miliar, meningkat 66% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya US$ 2,3 miliar.

Dengan begitu laba periode berjalan yang dapat diatribusikan tercatat US$ 167,7 juta, meningkat 8.726% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. 


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

India Krisis Energi, Tren Lonjakan Harga Batu Bara Berlanjut


(vap/vap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading