Ekonomi Eropa Gelap Gulita, Harga Batu Bara Ambrol 4%

Market - Maesaroh, CNBC Indonesia
08 September 2022 07:00
Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources) Foto: Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus melandai. Pada perdagangan Rabu (7/9/2022), harga batu kontrak Oktober di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 434,7 per ton. Harganya ambrol 3,67% dibandingkan hari sebelumnya.

Melandainya harga batu bara kemarin memperpanjang tren negatif batu bara setelah harganya juga jatuh pada Selasa. Harga pasir hitam sempat mencetak rekor tertinggi dalam sejarah pada Senin (5/9/2022) hingga menembus US$ 463,75 per ton.

Dalam sepekan, harga batu bara masih melonjak 4,6% secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara terbang 20,6% sementara dalam setahun melesat 148,4%.



Kembali melandainya harga batu bara terutama dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran akan resesi di Eropa setelah Benua Biru diterpa krisis energi. Resesi akan membuat aktivitas ekonomi menurun yang berimbas pada berkurangnya permintaan batu bara.

PMI Manufacturing zona Euro melandai menjadi 49,6 pada Agustus dari 49,8 Juli. Artinya, PMI zona Eropa sudah keluar dari zona ekspansif selama dua bulan beruntun.

Komisi Eropa untuk Ekonomi Paolo Gentilon dalam closing speech pada Bruegel Annual Meetings 2022, Rabu (7/9/2022), mengatakan 2022 menjadi tahun yang berat bagi Eropa.

"Kita mungkin akan menuju musim dingin paling menantang selama beberapa generasi. Semua alert menunjukkan warna merah mulai dari harga energi inflasi, sentimen ekonomi juga menuju arah yang salah," tutur Gentilon, dilansir dari website Komisi Eropa.

Gentilon menambahkan perlambatan ekonomi di China dan Amerika Serikat serta kebijakan moneter ketat juga semakin meningkatkan suasana suram perekonomian global.

"Ketidakpastian masih sangat tinggi dan risiko resesi meningkat. Outook ekonomi akan sangat tergantung pada kondisi pasar energi," imbuhnya.

Seperti diketahui, Eropa tengah berkutat dengan krisis energi setelah Rusia memutuskan akan memangkas pasokan gas ke Eropa sampai Eropa mencabut sanksi ekonominya.

Krisis energi, PMI yang melandai, inflasi tinggi, dan pengetatan kebijakan moneter diperkirakan akan membuat ekonomi Eropa memburuk.

Lesunya ekonomi Eropa tercermin dari loyonya pasar keuangan mereka. Bursa Stoxx 600 ditutup melemah 0,57% pada perdagangan kemarin ke posisi 412,01. Bursa FTSE juga ambruk 0,86% ke 12.915,97. Mata uang poundsterling bahkan menyentuh level terendahnya sejak 1985.

"Sekarang ini hal paling mendasar yang menjadi kekhawatiran pasar adalah lonjakan harga energi di Eropa, menurunnya permintaan di Eropa, serta kenaikan suku bunga acuan," tutur Phil Flynn, analis dari Price Futures Group, dikutip dari Reuters.

Namun, di tengah kelesuan Eropa ada kabar baik. Pengisian gas di storage kini sudah mencapai 80%, lebih cepat dibandingkan target yang ditetapkan yakni Oktober.

Mereka juga optimis bahwa storage gas mereka akan terisi 90% sesuai target pada November mendatang. 

Jerman sebagai negara yang paling terimbas dari krisis energi juga semakin optimis jika pasokan energi musim dingin akan terpenuhi. Storage gas di Jerman sudah mencapai 85% dari kapasitas.

Semakin terisinya storage gas Eropa ini pula yang ikut menurunkan harga batu bara. Bila pengisian gas berjalan sesuai rencana, permintaan batu bara akan sedikit longgar.

"Kita dalam situasi yang bisa dikatakan mampu melewati musim dingin. Meskipun ada begitu banyak ketegangan, kita sudah mempersiapkan dengan baik," tutur kanselir Jerman Olaf Scholz saat menjawab kritikan lawan politiknya di Gedung parlemen, Rabu (7/9/2022), dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA




[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Gak Ada Matinya, Harga Batu Bara Melonjak Lagi Hampir 3%


(mae/mae)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading