Top Gainers-Losers

SLIS Sukses Kasih Cuan Terbesar, Tapi KLIN Paling Boncos

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
06 September 2022 07:00
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menghijau pada perdagangan Senin (5/9/2022) kemarin, meski ada sentimen dari kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,76% ke posisi 7.231,88. IHSG pun berhasil menyentuh zona psikologisnya di 7.200.

Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG sempat dibuka 0,17% di 7.164,95. Namun selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG berhasil rebound ke zona hijau. Setelah berhasil rebound, penguatan IHSG pun tidak berhenti hingga perdagangan sesi II dan akhir perdagangan kemarin.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 15 triliun dengan melibatkan 34 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,5 juta kali. Sebanyak 267 saham naik, 266 saham turun, dan 169 saham lainnya stagnan.

Investor asing kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) hingga mencapai Rp 1,51 triliun di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 1,39 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp 119,92 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Saat IHSG ditutup menghijau, beberapa saham masuk ke jajaran top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Senin kemarin.

Saham Top Gainers

Saham emiten perdagangan komponen elektronik dan komponen sepeda yakni PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) menjadi salah satu saham yang masuk ke jajaran top gainers pada perdagangan kemarin. Saham SLIS ditutup terbang 33,77% ke posisi harga Rp 206/saham.

Nilai transaksi saham SLIS pada perdagangan Senin kemarin mencapai Rp 98,52 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 529,35 juta lembar saham. Namun, investor asing melepas saham SLIS sebesar Rp 3,74 juta di pasar reguler.

Jika melihat data perdagangan, sejak perdagangan 29 Agustus hingga kemarin, saham SLIS mencatatkan penguatan sebanyak 4 kali dan melemah sebanyak 2 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham SLIS terpantau melejit 42,07%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, saham SLIS melonjak 21,18%.

Belum diketahui secara signifikan terkait kenaikan saham SLIS. Namun, kinerja positifnya belakangan ini mampu mendongkrak harga SLIS. Baru baru ini, SLIS meluncurkan Selis Bromo, mobil listrik roda tiga pertama di Indonesia.

Selis Bromo merupakan mobil listrik yang memiliki desain yang lebih compact dengan teknologi listrik dan panel surya. Peluncuran produk baru Selis ini dilakukan di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022.

Selain untuk mengembangkan pasar kendaraan listrik di Indonesia, SLIS berupaya mendukung upaya pemerintah dalam mendorong transisi ke energi terbarukan. Hadirnya Selis Bromo juga sebagai strategi perusahaan dalam memperluas pasar baru secara global.

Apalagi saat ini, pemerintah Indonesia menargetkan pada kurun 2021-2025 terdapat 400.000 mobil listrik dan 1,7 juta motor listrik dapat beroperasi demi melakukan transisi ke energi terbarukan dan mencapai netral karbon atau net zero emission pada 2060.

Pada 2035, pemerintah juga berharap jumlah kendaraan listrik bertambah lagi menjadi 5,7 juta unit mobil listrik dan 46,3 juta motor listrik.

Jika melihat laporan keuangan pada semester I-2022, SLIS berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 15,05 miliar naik 10,7% dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 13,6 miliar.

Saat IHSG menguat, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Senin kemarin.

Saham Top Losers

Saham emiten produsen alas kaki, terutama sepatu olah raga yakni PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) kembali masuk ke jajaran top losers pada perdagangan Senin kemarin. Saham BIMA ditutup ambles 6,77% ke posisi Rp 248/saham.

Nilai transaksi saham BIMA pada perdagangan kemarin mencapai Rp 4,83 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 18,89 juta lembar saham. Asing melepas saham BIMA sebesar Rp 40,05 juta di pasar reguler.

Menurut data perdagangan, sejak 29 Agustus hingga akhir pekan lalu, saham BIMA mencatatkan penguatan sebanyak 3 kali dan melemah juga sebanyak 3 kali.

Dengan ini, maka saham BIMA mencatatkan penurunan hingga mencapai 12,06% dalam sepekan terakhir. Namun dalam sebulan terakhir, saham BIMA masih melesat 8,77%.

Pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu, saham BIMA sempat memimpin jajaran top losers. Amblesnya saham BIMA disebabkan karena BEI memasukkan saham BIMA ke dalam daftar pemantauan khusus mulai Jumat pekan lalu.

Menurut pengumuman di website BEI, BIMA mendapatkan krieria efek dalam pemantauan khusus nomor 5. Artinya, perusahaan memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir.

"Menunjuk Peraturan Nomor II-S tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Dalam Pemantauan Khusus dan dalam rangka memberikan perlindungan kepada Investor terkait informasi fundamental dan/atau likuiditas Perusahaan Tercatat, dengan ini Bursa menetapkan Daftar Efek Bersifat Ekuitas Dalam Pemantauan Khusus berlaku efektif pada tanggal 2 September 2022," jelas BEI.

Dalam laporan keuangan terbaru pada semester pertama tahun ini, perseroan mencatatkan ekuitas negatif sebesar Rp 848,77 juta.

Angka ini berbanding terbalik dengan posisi akhir tahun lalu yang masih mencatatkan ekuitas positif sebesar Rp 9,37 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular