Ada Yang Borong! Harga Emas Meroket 1% Lebih

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 02/09/2022 21:55 WIB
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia meroket pada perdagangan Jumat (2/9/2022), padahal data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) solid yang menguatkan ekspektasi suku bunga akan kembali dinaikkan dengan agresif di bulan ini.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 21:43 WIB harga emas melesat 1,13% ke US$ 1.715/troy ons. Jika mampu dipertahankan hingga penutupan nanti, maka emas akan menghentikan penurunan 3 hari beruntun yang membawanya ke bawah level psikologis US$ 1.700/troy ons kemarin.

Analis menyebut kenaikan harga emas dunia akibat aksi bargain hunting, atau aksi beli di saat harga dirasa murah.


"Entah kenapa dolar AS melemah pada perdagangan hari ini yang membantu emas membalikkan pelemahan kemarin. Selain itu, kemungkinan ada juga aksi bargain hunting di pasar setelah harganya merosot ke bawah US$ 1.700/troy ons," kata Carsten Menke, analis di Julius Baer, sebagaimana dilansir CNBC International.

Sementara itu Suki Cooper, analis logam mulia di Standar Chartered, saat ini bisa jadi waktu yang tepat untuk membeli emas.

Suki mengatakan harga emas dunia tidak akan turun jauh dari US$ 1.700/troy ons.

"Emas kemungkinan tidak akan turun lebih jauh, sebab hampir semua risiko penurunan sudah ter-price in di pasar," kata Suki sebagaimana dilansir Kitco, Rabu (31/8/2022).

Ia menambahkan emas memang menghadapi tekanan yang besar, tetapi di sisi lain ada beberapa hal yang menahan bisa menahan penurunan, yakni risiko resesi serta permintaan di pasar fisik.

Tekanan paling besar datang dari bank sentral AS (The Fed) yang masih akan agresif menaikkan suku bunga. Bahkan di bulan ini kemungkinan akan kembali dinaikkan sebesar 75 basis poin, setelah rilis data tenaga kerja yang kuat.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang bulan Agustus, perekonomian AS dilaporkan mampu menyerap tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sebesar 315.000 orang, sedikit di bawah estimasi Dow Jones 318.000 orang. Meski demikian, data tersebut sudah cukup menunjukkan jika pasar tenaga kerja AS masih kuat meski The Fed sudah 4 kali menaikkan suku bunga dengan total 225 basis poin menjadi 2,25% - 2,5%.

Tingkat pengangguran dilaporkan naik menjadi 3,7% sementara rata-rata upah naik 0,3% month-on-month dan 5,2% year-on-year.

Data tenaga kerja bulan Agustus menjadi penting, sebab akan menjadi pertimbangan The Fed sebelum kembali menaikkan suku bunga bulan ini. Data ini akan membantu The Fed untuk memutuskan apakah kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, atau lebih tinggi, dan apakah itu lebih tepat ketimbang 50 basis poin.

Meski The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga 75 basis poin, tetapi emas nyatanya masih mampu menguat setelah diborong karena harganya dianggap murah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)