
Harga Nikel Naik Tipis, Produksinya Diramal Naik Hingga 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel dunia terpantau naik 0,8% pada perdagangan hari Rabu (31/8/2022), setelah data aktivitas pabrik China melampaui ekspektasi pasar. Meskipun, data ekonomi tersebut masih menunjukkan kontraksi.
Pukul 17:17 WIB, harga nikel dunia tercatat US$ 21.540/ton, menguat 0,8% dibandingkan posisi pada perdagangan Selasa (30/8).
Biro Statistik Nasional (NBS) melaporkan Indeks Manajer Pembelian/ Purchasing Managers' Index (PMI) per Agustus 2022 di China kembali terkontraksi ke 49,4. Namun, angka tersebut masih di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan PMI China berada di 49,2.
Meski begitu, PMI China telah terkontraksi selama dua bulan beruntun mulai Juli hingga Agustus 2022. PMI di bawah angka 50, menandakan adanya kontraksi pada aktivitas bisnis. Sedangkan angka di atas 50 mencerminkan ekspansi.
Angka PMI di Agustus 2022 kian meningkat dari bulan sebelumnya di 49, menunjukkan bahwa China sedang berjuang untuk bangkit dari perlambatan ekonominya.
Selain itu, Provinsi Sichuan di barat daya China, kembali melanjutkan pasokan listriknya untuk penggunaan industri dan perumahan. Sehingga, pabrik-pabrik pun telah memulai kembali produksi mereka, setelah sempat diperintahkan untuk ditutup pada 15 Agustus 2022.
"Permintaan komoditas tambang meningkat, pasokan listrik yang baru-baru ini ditingkatkan dapat meningkatkan permintaan karena proyek hilir meningkat, tetapi sentimen keseluruhan masih bearish di tengah sektor properti yang bermasalah," kata seorang pedagang.
Namun, EIU memperkirakan permintaan global untuk nikel akan meningkat kuat pada periode perkiraan 2022/2023.
Tingkat stimulus fiskal dan moneter akibat krisis virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) akan terus memberikan momentum. Ditambah investasi dalam kapasitas baja nirkarat Indonesia, yang dirancang untuk meningkatkan nilai produksi tambang dalam negeri, akan terus mendukung konsumsi.
Meskipun meningkatnya persaingan dari bahan kimia baterai alternatif, elektrifikasi armada otomotif global akan meningkatkan permintaan nikel untuk digunakan dalam baterai dalam jangka panjang. Hal ini juga merangsang produksi nikel.
"Kami memperkirakan produksi global nikel rafinasi akan tumbuh rata-rata 8,7% per tahun pada 2022/2023 karena produsen menanggapi penambahan kapasitas di sektor baja tahan karat dan baterai lithium-ion," tulis EIU.
Larangan ekspor bijih nikel Indonesia yang dimulai pada awal 2020 akan meningkatkan kapasitas pemrosesan lokal di negara tersebut, termasuk proyek konvensional (terutama feronikel) dan non-konvensional, seperti nikel pig iron (NPI), selama periode perkiraan EIU.
Meski sejumlah produsen mengalami sejumlah kendala teknis, investasi proyek high pressure acid-leaching (HPAL) di Indonesia akan mendongkrak produksi pada 2022/2023.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasokan Menipis, Harga Nikel Terkerek Naik