China Lockdown (Lagi), Harga Batu Bara Ambrol

Maesaroh, CNBC Indonesia
31 August 2022 06:19
Bongkar muat batu bara di China. (REUTERS/ALY SONG)
Foto: Bongkar muat batu bara di China. (REUTERS/ALY SONG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali anjlok. Pada perdagangan Selasa (30/8/2022), harga batu kontrak Oktober di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 407,5 per ton. Ambles 1,95% dibandingkan hari sebelumnya.

Secara keseluruhan, harga batu bara sudah turun 4,1% dalam sepekan secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara masih naik 3,6% sementara dalam setahun terbang 143,4%.

Melandainya harga batu bara terutama disebabkan oleh kebijakan lockdown di China. Beijing kembali mengunci sejumlah kota untuk mengurangi penyebaran virus menjelang pertemuan akbar pemimpin Partai Komunis.

China merupakan konsumen terbesar batu bara di dunia dan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Penguncian wilayah diperkirakan bisa membuat ekonomi Negara Tirai Bambu kembali lesu dan permintaan akan batu bara berkurang.

Dilansir dari Channel News Asia, jutaan orang di kota Shenzhen harus berdiam di rumah sementara aktivitas bisnis harus dihentikan, termasuk di pasar elektronik terbesar di dunia di Huaqiangbei.

Sekitar empat juta warga Provinsi Hebei di sekitar Beijing juga diminta tinggal di rumah hingga akhir pekan. Sekitar 13 juta warga di sekitar pelabuhan di Tianjin harus mengikuti tes masal untuk memastikan penyebaran virus terkendali.

Dalian yang menjadi hub utama impor kedelai dan bijih besi juga menerapkan lockdown hingga akhir pekan ini.

Berdasarkan laporanThe Straits Times, Selasa (30/8/2022), China mencatat ada 1.717 infeksi lokal baru yang dilaporkan pada Senin (29/8/2022). Jumlah ini turun dari kisaran 3.000 kasus sehari pada sekitar dua minggu lalu, berkat pengendalian ketat di beberapa tujuan wisata paling populer China.

"Meskipun terjadi penurunan kasus utama Covid, situasi Covid sebenarnya di China mungkin memburuk, karena Omicron sekali lagi menyebar ke kota-kota besar," kata Ting Lu, kepala ekonom China di Nomura Holdings.

"Pasar bisa sekali lagi terpukul dalam beberapa minggu ke depan, kemungkinan memicu putaran pemotongan lagi oleh para ekonom di jalan, jika kota-kota meningkatkan langkah-langkahpengetatan mereka," katanya.

Melemahnya harga batu bara juga disebabkan makin terkendalinya situasi di Jerman. Dilansir dari AP, Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan jika negaranya sudah siap menghadapi kemungkinan terburuk dari pemangkasan gas dari Rusia.

Selain akan menghidupkan kembali pembangkit batu bara, Jerman juga akan membuka opsi dioperasikannya kembali pembangkit nuklir mereka. Scholz juga mengatakan pengisian gas di storage sudah mencapai 80% kapasitas.

Sementara itu, tujuh negara di sekitar Laut Baltik yakni Finlandia, Swedia, Estonia, Latvia, Lithuania, Polandia, dan Denmark kemarin juga sepakat untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga angin hingga tujuh kali lipat pada 2030. Langkah tersebut diharapkan bisa mengurangi ketergantungan energi mereka ke Rusia.

Jerman dan Denmark juga sepakat untuk berinvestasi senilai EUR 9 miliar untuk membangun pembangkit tenaga angin berkapasitas 3 GW yang mampu memasok listrik kepada 4,1 juta rumah tangga.

"Semua kebijakan berkontribusi besar dalam memperbaiki situasi d tengah persoalan pasokan yang menjadi kekhawatiran kita bersama berbulan-bulan lalu. Kita akan mampu mengatasi ini dengan baik. Kita menghadapi Rusia yang menggunakan gas sebagai strategi perang Ukraina," tutur Scholz, seperti dikutip AP.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Harga Batu Bara Terjun Bebas, Sinyal Bearish?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular