
Harga Untuk Meredam Inflasi: Suramnya Harga Tembaga

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Namun prospek ke depan sepertinya suram.
Kemarin, harga tembaga kontrak acuan tiga bulan di London Metal Exchange (LME) ditutup di US$ 8.188,4/ton. Naik 0,26% dari posisi penutupan sebelumnya.
Namun di Shanghai Futures Exchange, harga tembaga malah anjlok. Kemarin, harga ditutup di CNY 62.550/ton, turun 1,3%.
Pidato Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Jerome 'Jay' Powell di simposium Jackson Hole akhir pekan lalu ikut mempengaruhi harga tembaga. Dalam pidato tersebut, Powell menegaskan komitmen The Federal Reserve/The Fed untuk all out memerangi inflasi.
"Menekan inflasi sepertinya membutuhkan pertumbuhan ekonom yang lebih rendah dari tren historis. Suku bunga tinggi, pertumbuhan ekonomi yang rendah, dan pasar tenaga kerja yang lebih landai juga akan melukai rumah tangga dan dunia usaha.
"Inilah harga yang harus dibayar untuk meredam inflasi. Namun kegagalan dalam mewujudkan stabilitas harga akan menyebabkan luka yang lebih besar," jelas Powell, seperti dikutip dari Reuters.
Saat pertumbuhan ekonomi melambat, maka permintaan logam dasar pun akan berkurang. Apalagi tembaga, yang banyak digunakan untuk bahan baku komponen elektronik, otomotif, dan sebagainya. Permintaan tembaga kerap digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan ekonomi.
"Pidato Powell sangat hawkish. Ini akan mempengaruhi harga tembaga dalam waktu dekat," sebut riset Jinrui Futures.
Wang Tao, Analis Pasar Reuters, memperkirakan target harga tembaga terdekat ada di US$ 8.036/ton. Dibandingkan harga saat ini, ada risiko koreksi 1,86%.
Akan tetapi, masih ada harapan harga tembaga bisa naik. Wang memperkirakan level resistance ada di US$ 8.178-8.249/ton.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Semester II, Harga Tembaga Anjlok 2%