Musim Hujan Tiba di China, Harga Batu Bara Langsung Ambyar!

Maesaroh, CNBC Indonesia
30 August 2022 06:44
Bongkar muat batu bara di China. (REUTERS/ALY SONG)
Foto: Bongkar muat batu bara di China. (REUTERS/ALY SONG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara mulai melandai. Pada perdagangan Senin (29/8/2022), harga batu kontrak Oktober di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 415,6 per ton. Ambles 2,67% dibandingkan Jumat pekan lalu.

Secara keseluruhan, harga batu bara sudah amblas 6,7% dalam sepekan secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara masih naik 2,49% sementara dalam setahun terbang 148,27%.


Melandainya harga batu bara salah satunya disebabkan adanya tanda-tanda perbaikan situasi di China. Hujan deras dilaporkan mulai mengguyur sejumlah wilayah di bagian barat daya Negara Tirai Bambu yang selama ini didera kekeringan hebat.

Prakiraan cuaca juga melaporkan Provinsi Sichuan dan kota Chongqing akan segera diguyur hujan pada Selasa pekan ini. Badan penanggulangan kondisi darurat Sichuan bahkan sudah mengevakuasi 119.000 warga setempat untuk menghindari banjir badang.

Kendati demikian, badan meteorologi China tetap memasang mode siaga pada posisi dua untuk kekeringan di China karena gelombang panas masih menerjang di selatan negara tersebut.

Datangnya musim hujan di Negara Tirai Bambu menjadi angin segar mengingat gelombang panas sudah menimbulkan banyak persoalan di sana mulai dari kekurangan pasokan air hingga berkurangnya pasokan listrik dari pembangkit listrik tenaga air atau hydropower.

Suhu di beberapa wilayah China menyentuh 40 derajat celcius pada minggu lalu. Suhu tersebut adalah yang tertinggi sejak 1961. Kondisi tersebut membuat penggunaan listrik untuk pendingin ruangan meningkat tajam sehingga banyak pabrik kemudian terdampak karena pasokan listrik berkurang.

China kemudian meningkatkan penggunaan batu bara pada pembangkit listrik mereka karena besarnya permintaan listrik tidak mampu dipenuhi oleh hydropowerPorsi penggunan listrik batu bara di Sichuan naik 25% dari sebelumnya 10% dengan 67 pembangkit beroperasi secara penuh.

Dengan datangnya hujan dan kondisi cuaca yang mulai dingin maka penggunaan listrik rumah tangga diperkirakan akan turun hingga 28%.

"Ketidakseimbangan antara pasokan listrik dan permintaan di Sichuan akan terselesaikan dalam waktu tiga hari ke depan," tutur direktur pemasaran BUMN kelistrikan Sichuan Zhao Hong, kepada AP.

Sementara itu, Jerman mulai menghidupkan kembali pembangkit batu bara di Heyden. Pembangkit yang beroperasi sejak 1987 tersebut sebenarnya sudah "dimatikan" pada musim panas lalu.

Menyusul krisis energi di Jerman, pembangkit Heyden dihidupkan kembali. Pada awal Agustus, Jerman juga sudah menghidupkan pembangkit Mehrum, Hohenhameln.
Jerman berencana menghidupkan beberapa pembangkit listrik batu bara mereka tahun ini tetapi masih terkendala pasokan batu bara.

Mengeringnya Sungai Rhine membuat lalu lintas pengiriman batu bara menjadi terhambat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Mendadak Labil, Seperti Naik Roller Coaster

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular