Ampun Putin! Jerman Diramal Bakal Alami Syok Ekonomi

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
29 August 2022 09:50
Global Energy Crunch
Foto: AP/Matthew Brown

Jakarta, CNBC Indonesia - Jerman tengah menghadapi guncangan ekonomi di mana harga listrik di Eropa terus mengudara. Saat ini harganya telah mencapai US$ 1.000 per barel minyak. Seretnya pasokan dari Rusia menjadi penyebab harga energi Benua Biru makin mahal dan krisis energi bagi Eropa kian nyata.

Negara-negara di seluruh Eropa sedang menghadapi kemungkinan kekurangan energi listrik untuk musim dingin ini. Kondisi krisis energi diperburuk dengan pipa gas Nord Stream 1 yang membawa gas Rusia ke negara dengan ekonomi terbesar di Eropa akan melakukan pemeliharaan lagi. Padahal setelah agenda pemeliharaan sebelumnya, pipa Nord Stream hanya menyalurkan 20% gas dari kapasitas normalnya.

Pekerjaan pemeliharaan pipa Nord Stream 1 ini cukup membuat Eropa ketar-ketir karena selama masa perbaikan aliran gas yang dikelola Gazprom akan dihentikan selama 3 hari dari 31 Agustus hingga 2 September.

Sebagai akibat dari meningkatnya kekhawatiran bahwa pengiriman Rusia akan berkurang dari level yang sudah rendah, harga gas Eropa dan harga listrik tahun depan mencapai level tertinggi baru pada minggu lalu.

Harga gas bulan depan di pusat TTF Belanda, patokan Eropa untuk perdagangan gas alam. Pada Kamis (25/8/2022) harga gas Eropa acuan Belanda tercatat pada rekor tertinggi Euro 311 megawatt per hour. Meskipun pada Jumat (26/8/2022) harga mengalami sedikit penurunan 1,61% ke Euro 306 megawatt per hour di mana harga ini masih menunjukkan tren harga yang masih tinggi.

Rusia menyumbang 55% dari impor gas Jerman pada 2021. Meskipun angka itu turun menjadi 40% pada kuartal I-2022, Menteri Ekonomi Robert Habeck mengatakan Jerman tidak akan bisa secara penuh melepas ketergantungannya dari pasokan gas Rusia sebelum pertengahan 2024.

Seorang ekonom terkemuka memperingatkan syok ekonomi dahsyat yang membayangi ekonomi terbesar Eropa. Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner mengatakan pemerintah perlu mengatasi kenaikan harga listrik "dengan sangat mendesak".

Harga listrik di Jerman yang menjadi patokan negara-negara Eropa kini telah melonjak 17% ke rekor 750 euro atau sekitar US$ 749 per megawatt-jam untuk tahun depan. Sementara di Prancis harga untuk tahun depan naik 18% mencapai rekor 880 euro atau sekitar US$ 879 per megawatt-jam.

Berkurangnya pasokan serta kapasitas tenaga air dan nuklir yang lebih ketat, telah mendorong harga energi lebih tinggi, yang mengarah ke perebutan sumber alternatif.

Dilansir dari Reuters, Utilitas Jerman Uniper mengatakan akan menghidupkan kembali pembangkit listrik berbahan bakar batu bara untuk membantu menghasilkan lebih banyak listrik mulai minggu ini.

Tetapi penurunan permukaan air di sungai Rhine dapat mengakibatkan kekurangan batu bara pada musim dingin ini karena sungai tersebut merupakan jalur perdagangan utama untuk pengiriman energi.

Ekonomi terbesar Eropa ini sedang mencoba untuk memotong ketergantungannya pada energi Rusia. Namun, sudah berminggu-minggu tingkat air yang sangat rendah di sungai Rhine. Hal itu telah mengganggu logistik dan menambah masalah bagi Jerman karena industri untuk sementara beralih ke lebih banyak batu bara dan minyak akibat penurunan tajam dalam impor energi Rusia.

Pemerintah Jerman kini bahkan khawatir jika rencana untuk mengoperasikan kembali pembangkit batu bara mereka tidak berjalan sesuai rencana karena lalu lintas pengiriman batu bara melalui Sungai Rhine terganggu.

"Karena berkurangnya lalu lintas pengiriman domestik maka pasokan batu bara berkurang. Storage tambahan di sebelah selatan Jerman mungkin tidak akan terisi sepenuhnya pada musim dingin ini," tutur dokumen pemeirntah Jerman, seperti dikutip Reuters.

Pembangkit di Moorburg yang dioperatori Vattenfall sepertinya tidak memungkinkan untuk dioperasikan kembali karena persoalan teknis dan ekonomi. Pembangkit listrik batu bara Moorburg yang berada di Hamburg merupakan salah satu pembangkit paling modern yang dimiliki Jerman tetapi telah berhenti operasi pada musim panas 2021. Beberapa bagian dari pembangkit kemudian diambil untuk keperluan lain, seperti pembangkit hydrogen.

"Beberapa bagian (pembangkit) sudah dicopot dan dijual," tutur Robert Wacker, salah satu direktur Moorburg, seperti dikutip France24.

Dilaporkan Deutsche Wellepembangkit batu bara Heyden di Petershagen, dekat Hanover dijadwalkan akan beroperasi kembali pada hari ini, Senin (29/8/2022). Sejumlah pembangkit juga akan dihidupkan kembali dalam beberapa pekan ke depan untuk mengkompensasi pengurangan gas.

Namun, semuanya sangat tergantung pasokan batu bara. Saat ini, hanya satu pembangkit batu bara yang sudah beroperasi yakni Mehrum.

Masalah pasokan minyak bisa menjadi masalah kedepannya. Kilang Schwedt dan Leuna akan menghentikan pasokan minyak dari pipa Rusia mulai akhir tahun karena kebijakan embargo Uni Eropa dan ini akan menyebabkan harga kian melambung.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular