Minyak Mentah! Bikin Beberapa Negara Kaya, Banyak Yang Merana
Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan pada harga minyak mentah dunia, nyatanya tidak selamanya berdampak buruk terhadap perekonomian negara-negara di dunia. Lantas, negara mana saja yang mendapatkan untung dari kenaikan harga minyak mentah?
Melansir data British Petroleum (BP) Statistical Review of World Energy 2022, AS merupakan negara produsen minyak mentah terbesar di dunia, di mana dapat memproduksi sebanyak 711,1 juta ton yang setara dengan 16,8% dari total produksi dunia pada 2021. Sedangkan, Rusia dan Arab Saudi berkontribusi masing-masing sebesar 12,7% dan 12,2% dari total produksi dunia.
US Energy Information Administration melaporkan produksi minyak mentah AS stabil berada di sekitar 11 juta/barel sejak Oktober 2021 hingga Mei 2022. Namun, nilai ekspor kian bertambah, menandakan adanya kenaikan pada harga minyak mentah dunia. Sehingga nilai ekspor AS pun kian meningkat.
Bahkan, pada Mei 2022, produksi minyak mentah AS mengalami penurunan dari 11,6 juta/barel ke 11,5 juta/barel. Namun, nilai ekspor bertambah dari US$ 9.2 juta menjadi US$ 10,4 juta.
Namun, dari sisi konsumsi, AS juga menempati urutan pertama sebagai konsumen minyak mentah terbesar di dunia. Sehingga, pasokan minyak mentah dunia yang kian berkurang karena sanksi ekonomi terhadap minyak mentah Rusia, kian menurunkan persediaan minyak mentah dunia. Maka harga yang tinggi pada minyak mentah turut membebani dari sisi konsumsi, meskipun AS mendapat keuntungan dari sisi ekspor.
Ternyata tidak hanya AS, negara lain pun ada yang ikut ketiban durian runtuh dari naiknya harga minyak mentah dunia.
Contohnya Rusia, meski sektor energinya di embargo Amerika Serikat dan Sekutu, nyatanya pendapatan dari ekspornya justru melonjak.
Di kuartal II-2020, current account Rusia tercatat sebesar US$ 70,1 miliar, lebih tinggi dari rekor kuartal sebelumnya US$ 68,38 miliar.
Sementara itu Bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR) pada Selasa (9/8/2022) melaporkan pada periode Januari - Juli, current account mencatat surplus US$ 166 miliar atau sekitar Rp 2.473 triliun (kurs Rp 14.900/US$).
Estimasi tersebut lebih dari tiga kali lipat dari periode yang sama tahun 2021 senilai US$ 50 miliar, menurut CBR.
Arab Saudi juga mendapat berkah dari minyak mentah di kuartal II-2022 pendapatan dari ekspor minyak tercatat sebesar US$ 66,8 miliar, meroket 89% dari periode yang sama tahun lalu. Sementara sepanjang semester I-2022, pendapatannya sebesar US$ 116 miliar, melesat 75% dari semester I-2021
Selain itu, Iraq yang merupakan anggota dari negara OPEC+ dan termasuk negara produsen minyak mentah dunia. Ketika sanksi ekonomi terhadap minyak Rusia, OPEC+ berjanji untuk meningkatkan produksi hingga 648 ribu barel per hari, untuk mengisi kekosongan pasokan minyak dunia.
Bahkan, pada Maret 2022, ekspor minyak mentah mengalami peningkatan hingga mencapai US$ 11 juta dan menjadi nilai ekspor terbesar selama lima dekade karena ditopang oleh harga minyak mentah dunia yang melambung.
Ekspor minyak mentah berkontribusi sebanyak 90% dari pertumbuhan ekonominya, sehingga ekspor yang melonjak akan mendorong pemulihan ekonominya.
Diketahui, PDB Iraq pada 2020 sempat mengalami kontraksi hingga -15,7% karena dihantam pandemi Covid-19 dan penurunan pada harga minyak mentah. Namun, seiring meningkatnya ekspor dan harga minyak mentah dunia yang melesat, berhasil membawa PDB Iraq untuk keluar dari zona kontraksi dan berada di 5,9% pada 2021.
Pada 2022, The World Bank pada laporannya berjudul "Iraq Economic Monitor: Spring 2022" memprediksikan pertumbuhan ekonomi Iraq di akhir tahun ini akan menyentuh 8,8% karena adanya peningkatan produksi dan ekspor pada minyak mentah.
(aaf/aaf)