Bursa Asia Menghijau, Hang Seng Melejit, Tapi IHSG Loyo
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup cerah pada perdagangan Kamis (25/8/2022), jelang simposium Jackson Hole di Amerika Serikat (AS).
Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penguatan bursa Asia-Pasifik pada hari ini. Akan tetapi, Hang Seng baru dibuka pada siang hari karena adanya badai tropis Ma-on, sehingga perdagangannya hanya separuh hari saja. Hang Seng ditutup melejit 3,63% ke posisi 19.968,38.
Saham teknologi China yang terdaftar di bursa Hong Kong menjadi penopang Hang Seng hari ini. Saham Alibaba melejit 8,75%, sedangkan saham Tencent melonjak 4,84%, dan saham JD.com terbang 11%. Indeks Hang Seng Tech pun melompat 6,01%.
Sedangkan sisanya juga menghijau. Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,58% ke posisi 28.479,01, Shanghai Composite China melesat 0,97% ke 3.246,25, Straits Times Singapura bertambah 0,44% ke 3.247,8, ASX 200 Australia terapresiasi 0,71% ke 7.048,1, dan KOSPI Korea Selatan melonjak 1,22% menjadi 2.477,26.
Hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup di zona merah pada hari ini, yakni berakhir melemah 0,28% menjadi 7.174,208.
Dari Korea Selatan, bank sentral (Bank of Korea/BoK) kembali menaikkan suku bunga acuannya pada pengumuman kebijakan moneter hari ini.
Secara frekuensi, di antara bank sentral utama dunia, BoK menjadi bank yang paling agresif menaikkan suku bunga. Sejak semester II-2021, BoK sudah 7 kali menaikkan suku bunga.
Dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini, BoK mengerek suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 2,5%, level tertinggi dalam 7 tahun terakhir. Kenaikan ini menyusul bulan sebelumnya yang lebih besar, 50 bp. Dalam 7 kali, total BoK sudah menaikkan suku bunga sebesar 200 bp.
Inflasi yang tinggi menjadi alasan BoK sangat agresif dalam menaikkan suku bunga. Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) pada Juli lalu tercatat tumbuh 6,3% (year-on-year/yoy), menjadi yang tertinggi sejak 1998.
Sama dengan negara lainnya, kenaikan inflasi tersebut dipicu oleh tingginya harga energi serta pangan.
Meski demikian, BoK mengatakan sudah ada tanda-tanda inflasi mencapai puncaknya. Rata-rata inflasi tahun ini diperkirakan sebesar 5,2%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 4,5%. Untuk tahun depan, inflasi diperkirakan sebesar 3,7%, juga lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 2,9%.
Selain itu, BoK juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun ini menjadi 2,6%, dibandingkan proyeksi yang diberikan Mei lalu sebesar 2,7%.
Di lain sisi, investor di Asia-Pasifik masih menanti perhelatan bank sentral tahunan yakni simposium Jackson Hole di AS, yang akan dimulai pada Kamis malam waktu Indonesia.
Simposium Jackson Hole merupakan acara tahunan yang dihadiri oleh pimpinan bank sentral, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi pasar finansial dari berbagai negara.
Simposium Jackson Hole ke 45 tahun ini mengusung tema "Reassessing Constraints on the Economy and Policy". Dalam simposium tersebut, para peserta yang hadir akan membahas isu-isu perekonomian dunia saat ini.
Pasar akan fokus menanti pernyataan dari Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell pada simposium Jackson Hole, terutama terkait dengan inflasi.
Seandainya Powell menyatakan inflasi belum mencapai puncaknya, maka akan berdampak buruk ke pasar finansial. The Fed kemungkinan masih akan sangat agresif menaikkan suku bunga di bulan depan.
Saat ini, prediksi pasar cenderung terbelah, di mana ada yang memperkirakan The Fed akan menaikkan kembali suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp) pada pertemuan September mendatang, ada juga yang memperkirakan kenaikan 75 bp.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch terbaru yang di-update sore hari ini, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 bp ke 2,75-3% adalah 43,5%. Sementara kemungkinan kenaikan 75 bp adalah 56,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)