Gass Pol! Saham BUMI Sesi I Melonjak 18,12%, Ada yang Borong?

Dwitya Putra, CNBC Indonesia
Kamis, 25/08/2022 12:27 WIB
Foto: Infografis/ Para penguasa Batubara Terbesar RI/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT BUMI Resources Tbk (BUMI) pada perdagangan sesi I siang ini (25/8) kembali tancap gas dengan tercatat menguat Rp 27 (18,12%) ke Rp 176.

Adapun saham BUMI siang ini sempat mencapai harga tertinggi di Rp 176 dan terendah di Rp 149 dengan frekuensi perdagangan mencapai 70.426 kali transaksi dengan volume 67,86 juta lot senilai Rp 1,11 Triliun.

Dengan penguatan ini, saham BUMI tercatat telah mengalami penguatan selama 1 bulan terakhir sebesar 62,96%.


Seperti diketahui, saham BUMI beberapa bulan terakhir jadi salah satu saham primadona di Bursa. Terakhir, NBS Clients dilaporkan menambah kepemilikannya atas saham BUMI.

Mengutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, NBS Clients menambah kepemilikan saham BUMI dari 9,417,265,262 saham menjadi  9.617.265.262 saham atau 6,87%.

BUMI juga telah mengumumkan penambahan modal dengan jumlah saham sebanyak 5.101.889.506 lembar seri C bernominal Rp 50 per saham dengan harga pelaksanaan Rp 80 per saham.

Saham Seri C yang diterbitkan Perseroan dalam private placement atau penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) tersebut adalah untuk memenuhi permintaan konversi dari pemegang obligasi wajib konversi (OWK).

Direktur dan Sekretaris BUMI Dileep Srivastava sempat mengatakan kenaikan harga batu bara berdampak pada rencana dan kinerja perusahaan. Bahkan menurutnya pembayaran utang perusahaan bakal bisa lebih cepat karena terdorong lonjakan harga emas hitam ini.

"Melunasi utang yang ada lebih cepat adalah prioritas utama kami," kata Dileep kepada CNBC Indonesia, belum lama ini.

Apalagi BUMI merupakan produsen batu bara terbesar di Indonesia dengan kisaran produksi 80 juta ton per tahun.

"Kurva ke depan menunjukkan harga batu bara dapat tetap kuat untuk beberapa tahun ini.Prioritas kami adalah mempercepat pembayaran utang, restrukturisasi, mengurangi biaya bunga dan meningkatkan profitabilitas," ujarnya.

Meski harga batu bara tengah di atas awan, tantangan yang dihadapi produsen berasal dari sisi produksi. Hujan berkepanjangan akibat La Nina membuat produksi terganggu.

Selain karena lonjakan harga,Dileep mengharapkan kontribusi yang lebih besar dari anak-anak perusahaan, termasuk yang non batu bara.

Pada Juli 2022, BUMI telah membayar utang secara keseluruhan sebesar US$ 731,3 juta secara tunai. Jumlah tersebut terdiri atas pokok Tranche A sebesar US$ 557,1 juta dan bunga sebesar US$ 174,2 juta.

Seluruh pembayaran Tranche A diharapkan akan diselesaikan pada Oktober 2022 bersamaan dengan dimulainya pembayaran Tranche B.

"Kupon PIKsejak 11 April 2018 hingga 12 Juli 2022 atas Tranche B dan C juga sudah dikapitalisasi," pungkas Dileep.


(dpu/dpu)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor