
Komentar 'Bos' The Fed Tinggal Hitung Hari, Harga SBN Mixed

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup beragam pada perdagangan Rabu (24/8/2022), di mana investor menanti pernyataan dari 'bos' bank sentral Amerika Serikat (AS) pada Jumat mendatang waktu AS.
Sikap investor di pasar SBN pada hari ini cenderung bervariasi. Di SBN tenor 1, 5, 25, dan 30 tahun, mereka cenderung melepasnya ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) dan turunnya harga.
Sebaliknya, di SBN tenor 3, 10, 15, dan 20 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan kenaikan harga.
Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 1 tahun menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya pada hari ini, yakni menguat 9,7 basis poin ke posisi 4,419%.
Sedangkan, SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara menjadi yang paling besar penurunan yield-nya hari ini, yakni melandari 9 bp ke posisi 7,066%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Di dalam negeri, investor masih mengevaluasi langkah Bank Indonesia (BI) yang pada akhirnya menaikkan suku bunga acuannya.
BI kemarin memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan, BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bp menjadi 3,75%.
Setelah keputusan ini, mayoritas harga SBN cenderung melemah dan yield-nya mengalami kenaikanpada perdagangan Selasa kemarin.
Di lain sisi, BI juga akan melakukan 'operation twist', di mana BI nantinya akan menjual obligasi pemerintah jangka pendek, sambil membeli obligasi pemerintah jangka menengah dan panjang.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan imbal hasil untuk menarik investor asing saat membeli obligasi pemerintah jangka menengah dan panjang agar imbal hasil tetap rendah, yang akan mendukung pemulihan ekonomi dan mengurangi beban pemerintah dalam pembiayaan fiskal.
Sementara itu dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung kembali melandai pada perdagangan pagi hari ini waktu setempat, karena investor menanti pernyataan dari Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell pada Jumat mendatang waktu AS.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun melandai 1,8 bp ke posisi 3,317% pada hari ini pukul 07:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Selasa kemarin di 3,335%.
Sedangkan untuk yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan obligasi benchmark negara AS turun tipis 0,2 bp ke 3,052% pada hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di 3,054%.
Investor mengantisipasi komentar terbaru dari Powell tentang inflasi di simposium ekonomi tahunan Jackson Hole yang akan digelar pada Kamis hingga Jumat pekan ini.
Sementara itu menurut Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, The Fed berkomitmen untuk meredam inflasi dengan mengetatkan kebijakan moneter dan menyebutkan ketakutannya bahwa tekanan inflasi diabaikan oleh pasar.
"Ketakutan besar yang ada di benak saya adalah jika kita salah dan pasar salah, dan bahwa inflasi ini jauh lebih tertanam pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada yang kita hargai atau hargai pasar," kata Kashkari.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi