Gelap Ekonomi Dunia 2023 Makin Nyata, Datangnya dari Barat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 August 2022 13:20
Cover topik PHK Besar
Foto: Arie Pratama

Seperti disebutkan sebelumnya, suku bunga tinggi akan menghambat ekspansi dunia usaha. Alhasil, pasar tenaga kerja akan terkena dampaknya. Semua gara-gara inflasi yang tinggi.

Australia sudah merasakan hal tersebut. Pada Jumat (19/8/2022) lalu, Biro Statistik Australia melaporkan sepanjang bulan Juli terjadi PHK sebanyak 40.900 orang. Ini merupakan kali pertama terjadi sejak Oktober 2021.

"Ini pertama kalinya jumlah orang yang bekerja mengalami penurunan sejak Oktober 2021, setelah terjadi pelonggaran lockdown akibat Covid-19 varian Delta pada akhir 2021 lalu," kata Bjorn Jarvis, kepala Biro Statistik Australia, sebagaimana dilansir ABC News.

Ekonom senior di AMP Capital, Diana Mousiana, mengatakan rilis data tersebut menjadi indikasi awal jika pasar pasar tenaga kerja sudah mencapai puncaknya.

"Saya rasa kita berada di titik balik perekonomian, di mana data menunjukkan sentimen konsmen, tingkat keyakinan bisnis, leading indikator, sudah mulai melambat," kata Mousiana.

"Beberapa leading indikator pertumbuhan tenaga kerja juga melambat, seperti niat untuk merekrut karyawan, hingga pembukaan lapangan kerja," tambahnya.

Inflasi yang tinggi memaksa bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) mengerek suku bunga 4 bulan beruntun.

Di awal bulan ini RBA menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 1,85%, yang merupakan level tertinggi dalam 6 tahun terakhir. Kenaikan suku bunga dalam 4 bulan beruntun menjadi yang paling agresif sejak awal 1990.

Indonesia juga patut waspada dengan kenaikan inflasi, terutama jika bahan bakar minyak (BBM) Pertalite pada akhirnya dinaikkan.

Pada tahun 2014 lalu misalnya, saat harga BBM dinaikkan pada bulan November rupiah terus mengalami pelemahan. Pemerintah saat itu menaikkan harga BBM sebesar 30% yang memicu kenaikan inflasi sebesar 8,36% (yoy).

Hal yang sama juga terjadi setahun sebelumnya. Pemerintah menaikkan harga BBM di bulan Juni 2013 yang memicu kenaikan inflasi hingga 8,38% (yoy).

Tingginya inflasi tersebut membuat perekonomian menjadi gelap. Daya beli masyarakat bisa tergerus. Sedangkan, konsumsi rumah tangga merupakan kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi, yakni sekitar 54%.

Alhasil, kenaikan inflasi pada 2014 memicu pelambatan ekonomi. Di kuartal II-2014, produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 4,94%year-on-year(YoY). Untuk pertama kalinya sejak kuartal III-2009, Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi di bawah 5%. Setelahnya, PDB Indonesia mayoritas di bawah 5%.

Di tahun depan, risiko tersebut menjadi salah satu yang harus diantisipasi. Apalagi ditambah dengan risiko resesi di Negara Barat, tentunya tantangan bagi perekonomian Indonesia semakin berat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular