Anggaran Infrastruktur 2023 Naik, Berkah Buat Adhi Karya Dkk?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
22 August 2022 12:25
Salah satu ruas tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap atau Tol Getaci.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah telah menganggarkan biaya pembangunan infrastruktur tahun depan sebesar Rp 392 triliun, naik 7,75% dibandingkan dengan outlook APBN 2022 sebesar Rp 363,8 triliun.

Meski demikian, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, mengatakan bahwa tidak ada pembangunan infrastruktur baru pada 2023, dan hanya melanjutkan pembangunan yang sudah ada. Alokasi untuk Kementerian PUPR tercatat sebesar Rp 125,5 triliun.

Dalam nota keuangan yang dipaparkan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR Selasa (16/8) pekan lalu, infrastruktur disebutkan menjadi salah satu dari lima agenda utama RAPBN.

Anggaran Infrastruktur senilai Rp 392 triliun tersebut akan diarahkan untuk mendukung penguatan penyediaan pelayanan dasar, peningkatan produktivitas melalui infrastruktur konektivitas dan mobilitas, pembangunan infrastruktur energi dan pangan yang terjangkau, andal, dan perlindungan aspek lingkungan; serta pemerataan infrastruktur dan akses TIK.

Meski masih bernilai jumbo, porsi anggaran infrastruktur terhadap belanja negara berada dalam tren penurunan sejak tahun 2017 lalu. Tahun 2017, realisasi infrastruktur nyaris mencapai 19% belanja APBN, sedangkan untuk tahun depan angka tersebut menyusut menjadi 13%.

Pasar modal Indonesia secara keseluruhan merespons positif pengumuman tersebut, dengan Indeks Harga Saham Gabungan menguat pada perdagangan Selasa dan Kamis pekan lalu.

Hal ini karena sejumlah emiten diproyeksikan akan memperoleh berkah dari pengumuman RAPBN 2023, termasuk emiten konstruksi.

Meski pengumuman tersebut secara umum merupakan sentimen positif bagi emiten konstruksi, investor cenderung masih skeptis terhadap saham di sektor tersebut.

Sejumlah emiten masih bergerak di zona hijau sepekan terakhir, dan secara agregat 27 saham konstruksi dan rekayasa hanya mampu menguat tipis 0,28% dalam sepekan terakhir. 

Sepanjang tahun ini, mayoritas emiten konstruksi belum mencatatkan kinerja saham yang cukup menjanjikan.

Emiten-emiten raksasa seperti Waskita Karya (WSKT), Wijaya Karya (WIKA) dan Adhi Karya (ADHI) masih memberikan pengembalian negatif sejak awal tahun. Sementara saham PP (PTPP) hanya mampu menguat secara terbatas tahun ini.

Emiten konstruksi tahun ini menjadi salah satu sektor yang paling tidak dilirik oleh investor, meskipun sejumlah analis cukup yakin dengan potensi besar sektor tersebut.

Hal ini setidaknya tercermin dari rekomendasi yang diberikan bagi emiten karya, yang mayoritas analis menyarankan membeli atau menahan kepemilikan saham tersebut, dengan sebagian kecil menyarankan jual dan tidak ada yang memberikan rating strong sell.

Proyeksi dan rekomendasi tersebut dapat saja berubah dalam laporan analis ekuitas untuk periode bulan depan, mengingat pengumuman APBN merupakan salah satu sentimen yang menarik untuk diperhatikan.

Tahun depan, meski tanpa proyek baru, sejumlah emiten dapat melakukan ekspansi bisnis dengan mengamankan sejumlah proyek utama yang menjadi perhatian utama pemerintah.

Proyek-proyek yang dapat digarap dan masuk dalam RAPBN 2023 termasuk:

  • Pembangunan sistem penyediaan air minum dan pembangunan/rehabilitasi/renovasi 670 unit sekolah
  • Pembangunan bendungan baru 7 unit dan penyelesaian pembangunan bendungan on going
  • Pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi seluas 6.900 Ha dan rehabilitasi jaringan irigasi seluas 98.700 Ha
  • Pembangunan jalan sepanjang 571 km (522 km jalan baru dan 49 km jalan bebas hambatan)
  • Pembangunan jembatan sepanjang 15.943 m (jembatan baru 13.684 m, flyover/ underpass/terowongan 2.259 m)
  • Pembangunan panjang jalur kereta api (kumulatif) sepanjang 6.627 km
  • Pembangunan bandara baru di 6 lokasi
  • Pembangunan pipa transmisi gas bumi Cirebon-Semarang tahap I (Ruas Semarang-Batang) sepanjang 62,4 km

Selain proyek di atas, pemerintahan Jokowi dan Ma'ruf Amin juga mengalokasikan anggaran untuk pembangunan Ibu Kota Negara. Adapun, alokasi anggaran pembangunan ibu kota negara (IKN) mencapai Rp 23,6 triliun di tahun 2023. Nilainya lebih tinggi atau naik 337% dibandingkan tahun ini sebesar Rp 5,4 triliun.

Sejumlah proyek di atas tentu akan membantu kinerja top line emiten konstruksi, khususnya BUMN karya yang dalam beberapa tahun terakhir terkendala tekanan likuiditas dan sebagian harus melakukan restrukturisasi utang demi menyehatkan keuangan perusahaan.

Sementara itu kinerja bottom line perusahaan tentu sangat bergantung pada efektivitas perusahaan dalam mengelola proyek yang tersedia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular