Pasrah! Terseret Wall Street & Bursa Asia, IHSG Ikutan Merah

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Senin, 22/08/2022 09:20 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka terkoreksi pada perdagangan Senin (22/8/2022), di mana investor memantau sentimen dari rencana kenaikan harga BBM dan jelang keputusan rapat kebijakan moneter terbaru Bank Indonesia (BI) pada Selasa besok.

Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut dibuka melemah di level 7.150,42 pada pembukaan perdagangan sesi I hari ini. Selang 10 menit setelah dibuka, pelemahan IHSG cenderung terpangkas yakni melemah 0,24% ke 7.155,239.

Pergerakan IHSG cenderung sejalan dengan bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas melemah, kecuali indeks Shanghai Composite China dan Straits Times Singapura yang sebelumnya dibuka melemah, kemudian berhasil berbalik arah ke zona hijau.


Per pukul 09:00 WIB, indeks Nikkei Jepang melemah 0,65%, Hang Seng Hong Kong merosot 1,01%, ASX 200 Australia merosot 0,81%, dan KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,84%.

Sedangkan untuk indeks Shanghai menguat 0,33% dan Straits Times naik 0,13%.

IHSG juga cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street yang terpantau terkoreksi pada perdagangan akhir pekan lalu.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup merosot 0,86% ke posisi 33.706,738, S&P 500 ambles 1,29% ke 4.228,48, dan Nasdaq Composite anjlok 2,01% menjadi 12.705,21.

Penghentian reli musim panas di Wall Street terjadi setelah dirilisnya risalah dari pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) edisi Juli dan komentar dari The Fed St. Louis, James Bullard yang mengindikasikan bahwa The Fed kemungkinan akan masih melanjutkan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat, meredam harapan investor terkait sebuah perlambatan dari kenaikan suku bunga.

Tak hanya Bullard saja, Presiden the Fed San Francisco, Mary Daly juga bersikap sama, di mana Bullard dan Daly mengatakan kenaikan 75 basis poin (bp) sangat terbuka pada September.

Bullard berharap suku bunga acuan bisa dibawa ke kisaran 3,75-4,00% pada akhir tahun ini. The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 bp sepanjang tahun ini sehingga kini ada di kisaran 2,25-2,50%.

"Inflasi masih sangat tinggi. Memang sedikit melandai tapi saya belum senang dengan itu. Saya tidak menghitung (penurunan inflasi Juli). Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," tutur Daly, kepada CNN International.

The Fed sedang mempertimbangkan untuk kembali menaikkan suku bunga besar pada rapat edisi September. Bullard mengatakan bahwa dia tidak dapat mengatakan dengan pasti bahwa inflasi telah mencapai puncaknya.

Sementara itu dari dalam negeri, investor mengamati beberapa sentimen yakni terkait Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan pada Selasa besok.

Konsensus masih memperkirakan BI menahan suku bunga acuan di 3,5% untuk bulan Agustus ini.

Namun bulan lalu, pandangan para ekonom terbelah. Mulai ada beberapa ekonom yang berekspektasi bahwa BI perlu menaikkan suku bunga acuan di tengah kenaikan inflasi dan pelemahan nilai tukar rupiah.

Kedua, masih dari dalam negeri, yakni sentimen terkait kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Sebelumnya, pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akan mengumumkan terkait dengan harga BBM, khususnya jenis Pertalite pekan depan (yakni minggu ini). 

Kenaikan ini, kata Luhut, terjadi akibat beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia sudah terlalu besar untuk menanggung biaya subsidi BBM khusus penugasan seperti Pertalite dan juga Solar Subsidi.

Sebagaimana diketahui, pada APBN 2022 ini, subsidi untuk energi senilai Rp 502,4 triliun. Subsidi itu digunakan untuk BBM, LPG dan juga listrik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat