Emas Masih Galau, Harga Naik Tipis-tipis

Maesaroh, CNBC Indonesia
18 August 2022 15:43
Pegawai merapikan emas batangan di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Harga emas batangan yang dijual Pegadaian mengalami penurunan nyaris di semua jenis dan ukuran /satuan.  (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pegawai merapikan emas batangan di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Harga emas batangan yang dijual Pegadaian mengalami penurunan nyaris di semua jenis dan ukuran /satuan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas tetap bersinar. Pada perdagangan Kamis (18/8/2022) pukul 14:55 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.761,98 per troy ons. Naik tipis 0,05%.

Dalam sepekan, harga emas melemah 1,5% secara point to point. Meski dalam sebulan, harga emas masih meningkat 3,1%.

Analis Nirmal Bank Commodities Kunal Shah mengatakan harga emas yang nyaris tidak bergerak karena ada dua faktor yang saling tarik menarik dan sama kuatnya.

"Harga emas terjebak di kisaran US$ 1.750-1.800 per troy ons. Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan dan inflasi mulai melemahkan harga emas. Di sisi lain, ada banyak ketidakpastian geopolitik. Tarik-menarik membuat harga emas susah naik atau turun tajam," tutur Kunal Shah, kepada Reuters.

Dia menambahkan risalah pertemuan the Federal Open Market Committee (FOMC) memang berdampak kepada emas. Namun, dampaknya tidak terlalu signifikan.

Dalam risalah FOMC Juli, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menegaskan sikapnya untuk tidak mengendurkan kebijakan agresifnya.

Risalah tersebut juga menunjukkan jika pejabat The Fed belum melihat sinyal kuat dari pelemahan inflasi meskipun inflasi sudah melandai ke 8,5% (year on year/yoy) pada Juli, dari 9,1% (Juni).

Dalam risalah yang keluar pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed tidak memberi petunjuk khusus berapa mereka akan menaikkan suku bunga dalam pertemuan September mendatang. The Fed hanya mengatakan jika mereka akan tetap memonitor dengan dekat data-data ekonomi sebelum membuat kebijakan.

"Kami memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada September. Fokus pasar ke depan adalah data inflasi Agustus dan ketenagakerjaan September. Data tersebut akan menjadi sinyal apakah inflasi benar sudah melambat," tutur analis Standard Chartered Suki Cooper.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Rekor Tertinggi Setahun, Yuk Pesta Pora Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular