
Bursa Asia Ga Kompak Lagi, Hang Seng Ambles, IHSG Cerah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (16/8/2022), di tengah reli kuat saham properti China pada hari ini. Indeks Nikkei Jepang ditutup turun tipis 0,01% ke posisi 28.868,91, Hang Seng Hong Kong merosot 1,05% ke 19.830,52, dan Straits Times Singapura juga turun tipis 0,09% ke 3.253,79.
Sedangkan untuk indeks Shanghai Composite China ditutup naik tipis 0,05% ke posisi 3.277,88, ASX 200 Australia menguat 0,58% ke 7.105,4, KOSPI Korea Selatan bertambah 0,22% ke 2.533,52, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terapresiasi 0,57% menjadi 7.133,45.
Saham properti China melonjak secara tak terduga setelah Beijing mengatakan kepada China Bond Insurance Co. Ltd. untuk memberikan jaminan penerbitan obligasi dalam negeri oleh "pengembang swasta model", termasuk Longfor Group yang terdaftar di bursa Hong Kong.
Dari Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) mengindikasikan akan kembali menaikkan suku bunga, tersirat dalam notula rapat kebijakan moneter edisi Agustus. RBA sejauh ini sudah menaikkan suku bunga 4 bulan beruntun, dan 3 kali mengejutkan pasar dengan kenaikan lebih tinggi dari ekspektasi.
Di awal bulan ini, RBA menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 1,85%, yang merupakan level tertinggi dalam 6 tahun terakhir. Kenaikan suku bunga dalam 4 bulan beruntun menjadi yang paling agresif sejak awal 1990.
Kenaikan tersebut sesuai ekspektasi, tetapi sebelumnya sempat beredar spekulasi akan ada kenaikan 75 bp akibat masih tingginya inflasi.
Dalam rilis notula rapat kebijakan moneter hari ini, anggota dewan RBA melihat suku bunga masih akan terus dinaikkan karena inflasi masih jauh di atas target dan pasar tenaga kerja yang kuat dengan tingkat pengangguran 3,5% terendah dalam 48 tahun terakhir.
Sebelumnya, inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Australia diperkirakan masih akan terus menanjak dan mencapai puncaknya sebesar 7,75% pada kuartal IV-2022, dari kuartal II-2022 sebesar 6,1% yang merupakan level tertinggi dalam 21 tahun terakhir. Inflasi diperkirakan baru akan mencapai target RBA 2% - 3% pada akhir 2024.
Dalam notula juga terungkap anggota dewan melihat untuk menurunkan inflasi, suku bunga di akhir tahun bisa berada di kisaran 3%. Sementara itu pasar melihat suku bunga RBA di akhir tahun akan berada di kisaran 3,5%.
Di lain sisi, bank sentral China (People Bank of China/PBoC) secara tak terduga memangkas suku bunga utama untuk kedua kalinya tahun ini.
Pemangkasan ini dikhawatirkan sebagai sinyal jika perlambatan ekonomi China masih akan terjadi ke depan. Meski begitu, hanya beberapa pelaku pasar di Benua Kuning yang cenderung mengkhawatirkan kabar tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
