Harga Minyak Dunia Diramal Melandai, Pertalite Batal Naik?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah saat ini tidak lagi sepanas paruh pertama tahun ini. Harga minyak belakangan bahkan anjlok belasan persen.
Sepanjang bulan ini saja harga minyak jenis brent sudah anjlok 14,28% ke US$94,3 per barel. Sedangkan jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) merosot 9,87% ke US$88,9 per barel.
Perkembangan ekonomi di China dan kekhawatiran akan resesi menjatuhkan harga minyak mentah dunia sepanjang bulan.
Pada Juli 2022, produksi industri China tumbuh 3,8%year-on-year(yoy). Angka itu melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,8% yoy.
Kemudian pada Januari-Juli 2022, investasi tetap di China tumbuh 5,7% yoy. Melambat dibandingkan pertumbuhan enam bulan pertama 2022 yang sebesar 6,1% yoy dan lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar yang memperkirakan 6,2% yoy.
Lalu penjualan ritel pada Juli 2022 tumbuh 2,7% yoy. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 3,1% yoy dan jauh di bawah perkiraan pasar yang 'meramal terjadi pertumbuhan 5% yoy.
Di sisi lain kekhawatiran akan perlambatan ekonomi bahkan resesi juga menekan harga minyak mentah dunia.
Bank dunia memperkirakan ekonomi global akan bertumbuh lebih lambat pada tahun ini sebesar 2,9%. Tahun lalu ekonomi dunia mampu bertumbuh 5,7% karena adanya reopening ekonomi.
Begitu juga dengan Amerika Serikat (AS) yang saat ini menghadapi era suku bunga tinggi. Sikap agresif bank sentral AS, The Federal Reserves/The Fed. Dinilai dapat meningkatkan risiko resesi di Negeri Paman Sam.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters terbaru menunjukkan kemungkinan 40% resesi AS akan terjadi tahun depan, dengan kemungkinan 50% terjadi dalam dua tahun lagi. Hal tersebut adalah peningkatan yang signifikan dari 25% dan 40% dalam jajak pendapat Juni.
Perlambatan ekonomi dunia termasuk China dan AS membuat para pelaku pasar ketar-ketir bahwa konsumsi akan menyusut sehingga membuat harga pun turun.
(ras)