Awal Pekan, IHSG Berakhir Melemah Terlempar dari 7.100

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 15/08/2022 15:51 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada perdagangan Senin (15/8/2022) awal pekan ini, meski ada kabar positif dari neraca perdagangan Indonesia.

Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,5% ke posisi 7.093,276. IHSG pun keluar dari zona psikologisnya di 7.100 pada hari ini.

Pada awal perdagangan sesi I hari ini, IHSG dibuka menguat tipis 0,07% di posisi 7.134,58. Bahkan, IHSG sempat menyentuh posisi tertinggi di 7.156,92. Namun selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah.


Pada perdagangan sesi I sekitar pukul 10:00 WIB, IHSG sempat menyentuh zona hijau tipis. Tetapi pada akhirnya kembali melemah. Pada perdagangan sesi II, koreksi IHSG semakin membesar dan pada akhirnya tidak berhasil kembali ke zona hijau di akhir perdagangan hari ini.

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitaran Rp 12 triliun dengan melibatkan 26 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 240 saham menguat, 294 saham melemah, dan 169 saham lainnya mendatar.

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya hari ini, yakni mencapai Rp 646,5 miliar. Sedangkan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 614,4 miliar dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) di posisi ketiga sebesar Rp 583 miliar.

Dari pergerakan sahamnya, saham BBCA ditutup menguat 0,32% ke posisi Rp 7.950/unit, sedangkan saham TLKM merosot 2,2% ke Rp 4.450/unit dan saham BBRI melemah 0,46% ke Rp 4.300/unit.

Koreksinya IHSG sejalan dengan pergerakan bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas juga melemah. Hanya indeks Nikkei Jepang yang menghijau yakni melesat 1,11%.

Melemahnya IHSG juga terjadi di tengah kabar positif dari neraca perdagangan RI yang kembali mencetak surplus pada Juli lalu.

Deputi Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Setianto melaporkan nilai ekspor pada Juli 2022 adalah US$ 25,57 miliar. Naik 32,02% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Realisasi tersebut lebih tinggi ketimbang ekspektasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 29,21% yoy. Sementara konsensus versi Reuters memperkirakan pertumbuhan ekspor di 29,73% yoy.

Pada Juli 2022, Indonesia kembali menikmati surplus perdagangan sebesar US$ 4,22 miliar. Ini didapat dari ekspor yang senilai US$ 25,57 miliar dan impor US$ 21,35 miliar. Dengan begitu, surplus neraca perdagangan Indonesia bertahan selama 27 bulan beruntun.

Surplus neraca perdagangan tersebut akan membantu transaksi berjalan juga surplus, yang menjadi fundamental penting bagi rupiah.

Ketika transaksi berjalan surplus, maka devisa akan mengalir ke dalam negeri, sehingga stabilitas rupiah bisa terjaga.

Namun, rupiah belum mampu menguat hari ini, ada faktor teknikal sebab pada pekan lalu mampu melesat lebih dari 1,5% dan berada di level terkuat dalam 2 bulan terakhir.

Selain itu, Setianto memberi wanti-wanti. Sebab, ada gejala harga komoditas di pasar internasional mulai turun.

Pada Juli 2022, indeks harga komoditas energi ada di 168,58. Sementara indeks harga komoditas makanan adalah 138,63, terendah sejak serangan Rusia ke Ukraina yang dimulai Februari lalu.

Secara bulanan (month-to-month/mtm), tambah Setianto, harga minyak dunia turun 10,3% Kemudian harga gas alam turun 4,54%.

"Memang hingga Juli harga global menurun baik pangan dan energi. Ini perlu diwaspadai, barangkali jadi perhatian kita sebagai tanda berakhirnya windfall harga komoditas," kata Setianto.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat