
Perkasa Lawan Dolar, Rupiah ke Level Tertinggi dalam 2 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah sepanjang pekan ini tampil perkasa. Penguatan mata uang Garuda tidak hanya ditopang oleh pelemahan dollar Amerika Serikat (AS) tetapi juga data ekonomi dalam negeri yang membaik.
Pada Jumat (12/8/2022), rupiah ditutup pada posisi Rp 14.665 per US$ 1. Rupiah menguat 0,68% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Level rupiah kemarin juga menjadi yang tertinggi sejak 10 Juni lalu atau dua bulan lebih di mana pada saat itu rupiah menguat ke Rp 14.550/US$ 1.
Sepanjang pekan ini, hanya sekali rupiah terjerembab yakni pada Rabu. Sisanya, mata Uang Garuda mampu mengalahkan kedigdayaan dolar AS.
Dalam sepekan, rupiah sudah menguat sebesar 1,53% secara point to point. Penguatan pekan ini merupakan sebuah pembalikan dari yang terjadi pekan lalu di mana rupiah merosot 0,4% sepekan.
Keperkasaan rupiah tidak bisa dilepaskan dari loyonya dolar AS. Dalam seminggu terakhir, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) ambles 0,9% dalam sepekan dan merosot 2,26% dalam sebulan.
Pada Kamis lalu, Dollar Index bahkan jatuh ke 105,09 yang merupakan level terendahnya sejak 30 Juni 2022.
Dolar AS merosot tajam setelah inflasi AS melandai pada Juli 2022 menjadi 8,5% secara tahunan (year on year/yoy), melandai dibandingkan pada Juni yang tercatat 9,1%.
Dengan melandainya pada Juli, inflasi Negeri Paman Sam diperkirakan sudah mencapai puncaknya. Kondisi ini menjadi angin segar karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diharapkan bisa menurunkan kebijakan agresifnya.
Suku bunga acuan memang masih akan naik, tetapi tidak sebesar perkiraan sebelumnya.
Mengutip CME FedWatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) ke 2,75-3% pada rapat The Fed bulan depan adalah 61,5%. Jadi, sepertinya tidak ada kenaikan 75 bps, apalagi 100 bps.
Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari perekonomian RI yang tumbuh positif pada kuartal kedua tahun 2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II-2022 tumbuh 5,44% (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh di atas konsensus pasar dan mengembalikan tren pertumbuhan Indonesia ke level sebelum pandemi, yakni 5%.
Derasnya arus inflow dan banyaknya investor yang membeli Surat Berharga Negara (SBN) juga menjadi penopang penguatan rupiah.
Merujuk data Bank Indonesia berdasarkan data transaksi 8 - 11 Agustus 2022, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat melakukan beli neto (net buy) Rp 7,74 triliun. Net buy di pasar SBN mencapai Rp 4,29 triliun sementara di pasar saham tercatat Rp 3,44 triliun.
Banyaknya inflow tercermin dari kenaikan harga SBN dan penurunan yield. Yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali melandai 3,9 bp ke posisi 6,971%. Pada akhirnya,yield SBN tenor 10 tahun kembali menyentuh kisaran 6,9%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Tembus Rekor Tertinggi 20 Tahun, Rupiah Jadi Korban?