Rupiah Makin Kuat, Goodbye Rp 15.000/US$!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 August 2022 15:14
Pekerja memperlihatkan uang dolar di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022).  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan pagi hari ini. Kelesuan dolar AS mampu dimanfaatkan dengan baik oleh rupiah.

Pada Jumat (12/8/2022), US$ 1 setara dengan Rp 14.665 kala penutupan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,68% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Maklum, dolar AS memang sedang lesu. Dalam seminggu terakhir, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) ambles 1,36%. Selama sebulan terakhir, indeks ini ambrol 2,58%.

dxySumber: Refinitiv

Rilis data terbaru di Negeri Paman Sam melemahkan dolar AS. US Bureau of Labor Statistics melaporkan, inflasi di tingkat produsen (Producer's Price Index/PPI) tercatat naik 0,5% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1% mtm dan menjadi pelambatan perdana dalam lebih dari dua tahun terakhir.

Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi tingkat produsen masih berada di level tinggi yaitu 9,8%. Namun ini adalah yang terendah sejak Oktober 2021 dan lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yang memperkirakan di 10,4%.

Data ini memberi harapan bahwa laju inflasi di Negeri Adidaya mulai melandai. Kemungkinan inflasi sudah mencapai puncak, dan ke depan semakin melambat.

Dengan begitu, bisa jadi bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan mengkaji ulang pengetatan moneter yang agresif. Suku bunga acuan memang masih akan naik, tetapi tidak sebesar perkiraan sebelumnya.

Mengutip CME FedWatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) ke 2,75-3% pada rapat The Fed bulan depan adalah 61,5%. Jadi, sepertinya tidak ada kenaikan 75 bps, apalagi 100 bps.

fedSumber: CME FedWatch=

"Next meeting akan naik 50 bps. Namun setelah itu mereka akan berhitung dengan teliti karena pertumbuhan ekonomi masih lemah.

"Saya pikir kenaikan bunga akan berakhir tahun ini, tahun depan mereka akan turunkan bunga. Aneh kalau naikkan bunga terus ketika ekonomi resesi," papar Purbaya Yudhi Sadewa, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam acara CNBC Indonesia Economic Update 2022.

Tanpa kenaikan suku bunga yang jor-joran, dolar AS tidak punya tenaga untuk bergerak ke utara. Pelemahan dolar AS mampu dimanfaatkan rupiah untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas, Dolar Ngamuk! Mampukah Rupiah Selamat...?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular