
Berkah Pelemahan Dolar AS, Harga Emas Berkilau Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Melandainya inflasi Amerika Serikat (AS) serta melemahnya dolar AS menopang pergerakan emas pekan ini. Pada perdagangan terakhir pekan ini emas ditutup menguat meskipun sempat bergerak cukup volatil sepanjang pekan.
Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (12/8/2022), emas ditutup menguat 0,69% ke level US$ 1.801,76 per troy ons. Penguatan emas kemarin membawa sang logam mulai kembali ke level psikologis US$ 1.800 per troy ons untuk pertama kalinya sejak 4 Juli lalu.
Dalam sepekan, harga emas menguat 1,57% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas juga melesat 4,4% sementara dalam setahun melonjak 2,8%.
Pada pekan ini, emas menguat tajam pada Senin dan Selasa sebelum melemah pada Rabu dan Kamis. Emas kemudian bangkit pada perdagangan Jumat.
Penguatan emas tidak bisa dilepaskan dari melemahnya dolar AS setelah inflasi AS melandai. Inflasi AS pada Juli 2022 berada di 8,5% secara tahunan (year on year/yoy), melandai dibandingkan pada Juni yang tercatat 9,1%.
Dengan melandainya inflasi pada Juli, inflasi Negeri Paman Sam diperkirakan sudah mencapai puncaknya. Kondisi ini menjadi angin segar karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diharapkan bisa menurunkan kebijakan agresifnya.
Melansir data Refinitiv, dolar index ditutup menguat 0,51% ke level 105,63. Namun, mata uang greenback ambruk 0,9% dalam sepekan. Dollar AS juga lebuh banyak berkutat dalam zona merah pada pekan ini.
Melemahnya dolar AS akan berdampak positif ke emas karena emas menjadi lebih murah bagi investor sehingga minat untuk membeli meningkat.
Penguatan emas juga ditopang oleh gonjang-ganjing yang terjadi di Taiwan. Seperti diketahui, pada awal Agustus lalu, Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan.
Kunjungan tersebut langsung membuat hubungan AS-China memanas karena China menilai AS telah memprovokasi China.
Sampai saat ini China menganggap Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri dan demokratis sebagai wilayahnya dan telah berjanji suatu hari akan mengambil pulau itu, dengan paksa jika perlu.
Emas merupakan aset aman sehingga dicari saat terjadi ketegangan geopolitik atau saat ekonomi memburuk. Panasnya hubungan AS-China pun kemudian langsung mendongkrak pergerakan emas.
"Pergerakan emas saat ini juga disebabkan oleh aksi short-covering dan melandainya inflasi. Melandainya inflasi membuat pasar yakin inflasi kini bukan lagi menjadi masalah utama," tutur Bart Melek, analis TD Securities kepada Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dihantam Dollar Almighty, Harga Emas Tumbang!
