
Suku Bunga Naik? Jangan Takut, Saham Ini Justru Seksi

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah lama menahan suku bunga acuan di posisi terendahnya di sepanjang sejarah, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menaikkan BI 7 day reverse repo rate sebesar 25 basis poin (bps) pada Agustus 2022.
Ketika BI menaikkan suku bunga acuan, dampaknya bisa ke pertumbuhan ekonomi. Dalam kasus terjadi kenaikan inflasi, kenaikan suku bunga acuan diharapkan dapat mencegah ekonomi mengalami overheat. Namun hal tersebut juga dapat berpotensi memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
Hal tersebut wajar, karena jika suku bunga acuan dinaikkan, maka suku bunga kredit maupun suku bunga untuk obligasi juga ikut terkerek naik. Artinya borrowing cost akan meningkat.
Dengan borrowing cost yang naik, maka dampak ke laba emiten juga ikut tergerus. Oleh sebab itu kenaikan suku bunga acuan cenderung direspons negatif oleh pasar saham.
Apalagi mengingat dengan suku bunga yang naik artinya imbal hasil berinvestasi di aset rendah resiko akan meningkat sehingga minat investasi aset beresiko seperti saham akan turun valuasinya.
Di tengah potensi kenaikan suku bunga acuan bulan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mampu menguat dengan adanya tenaga berupa inflow dana asing yang mencapai hampir Rp 4 triliun.
Lantas, dari dana asing jumbo yang masuk ke pasar saham domestik tersebut, saham-saham apa saja yang dibeli oleh asing? Berikut rinciannya.
Saham pertama yang paling banyak dibeli asing adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net buy Rp 1,7 triliun.
Kemudian di posisi kedua ada saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan net buy Rp 1,2 triliun.
Di posisi ketiga ada saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan net buy asing mencapai hampir Rp 300 miliar.
Selanjutnya ada saham PT United Tractors Tbk (UNTR) yang dibeli bersih asing sebesar Rp 212 miliar dilanjutkan oleh saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan net buy Rp 177 miliar.
Saham-saham yang paling banyak dibeli oleh asing kebanyakan masih saham dengan status big cap mengingat bobotnya terhadap indeks yang besar.
Dari sisi sektoral, saham perbankan masih menjadi primadona asing di tengah kenaikan laba bersih yang impresif di sepanjang semester I-2022.
Meski ada risiko kenaikan suku bunga acuan, tetapi proporsi dana murah (Current Account Saving Account/CASA) yang tinggi diharapkan mampu mempertahankan biaya dana (Cost of Fund/CoF) tetap rendah.
Di sisi lain, pembelian saham UNTR oleh asing juga mencerminkan kondisi ekonomi Indonesia yang solid di tengah harga komoditas yang tetap tinggi.
(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000