Jakarta, CNBC Indonesia - PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) mungkin tidak sepopuler PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang sama-sama bergerak di industri gas. Namun, belakangan RAJA kembali muncul ke permukaan.
RAJA rupanya tengah mempersiapkan ekspansi. Bukan hanya satu atau dua, namun sederet ekspansi yang jika ditotal butuh investasi hingga US$ 269,3 juta atau setara sekitar Rp 4 triliun.
Rencana itu terungkap dalam keterbukaan informasi yang disampaikan perusahaan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Jumat (5/8/2022). Dalam surat tersebut terungkap, RAJA tengah menjalankan join tender pengadaan pipa BBM Tanjung Batu-Samarinda.
Proyek dengan perkiraan nilai US$ 101 juta itu memang masih dalam tahap penyelesaian perjanjian. Jika tak ada aral melintang, proyek ini bakal dimulai Juni 2026 dan rampung tiga tahun kemudian.
RAJA rencananya menjadi pemegang saham mayoritas proyek tersebut. Dus, hasil kinerja proyek bakal dikonsolidasikan ke kinerja keuangan perusahaan.
Jika RAJA berhasil memenangi tender, maka perusahaan diperkirakan meraup tambahan 4,6% terhadap pendapatan dari proyek tersebut. Adapun kontribusi laba bersihnya 13,4% dan ini akan dicatatkan di pembukuan 2026.
RAJA juga melihat adanya potensi akuisisi PT Krakatau Tirta Industri. Estimasi waktu penyelesaian perjanjian akuisisi ditargetkan pada Desember tahun ini.
Diperkirakan butuh dana US$ 135 juta untuk akuisisi tersebut. Jika berjalan sesuai waktu, entitas hasil akuisisi akan berkontribusi 44,1% terhadap laba bersih RAJA dan akan dibukukan pada April 2023.
Raja akan menggunakan kas internal sebagai salah satu sumber pendanaan ekspansinya tersebut. Selain kas internal, perusahaan akan mengkombinasikannya melalui pinjaman bank.
Selain dua rencana tersebut, berikut rincian agenda ekspansi RAJA untuk beberapa waktu ke depan.
1. Joint Study Blok Jabung
Penyelesaian perjanjian proyek ini ditargetkan rampung akhir tahun ini. Nilai investasinya cukup kecil, US$ 300.000 sehingga RAJA cukup membayarnya menggnakan kas internal.
Kontribusi kinerja dari proyek tersebut diperkirakan baru akan dibukukan pada 2027. Manajemen perusahaan belum dapat memperkirakan kontribusi terhadap kinerja keuangan karena proyek ini tergantung dengan data teknis dan joint study.
2. Stasiun Induk CNG
Penyelesaian perjanjian proyek ini ditargetkan rampung akhir 2023. Sehingga, proyek bisa segera bisa berjalan secara komersil dan RAJA bisa mencatat kontribusi pendapatan dan laba bersih konsolidasi masing-masing 1,53% dan 0,8% dari proyek dengan nilai investasi sekitar US$ 5 juta tersebut.
3. Akuisisi CNG Cikarang
Selain rencana akuisisi Krakatau Tirta, RAJA juga tengah mendekati pemilik stasiun induk CNG di Cikarang. Jika pemilik stasiun mau melepas asetnya, RAJA siap keluarkan investasi US$ 8 juta.
Stasiun itu diperkirakan mampu menyumbang pendapatan dan laba bersih masing-masing 1,2% dan 0,7% terhadap kinerja keuangan konsolidasi satu tahun penuh.
4. Pelanggan Baru Gas Pipa dan Niaga Gas
Proyek ini berada di Riau. Nilai invesyasinya antara US$ 15 juta hingga US$ 20 juta.
Kontribusinya terhadap kinerja konsolidasi RAJA satu tahun penuh lumayan. Pendapatan dan laba bersih dari proyek ini masing-masing diperkirakan berkontribusi 17,9% dan 6% dan akan dibukukan mulai Januari 2024.
Wajar jika RAJA terlihat kurang agresif dalam ekspansi. Sebab, RAJA tidak lahir langsung sebagai perusahaan gas. Sehingga, ekspansi yang dilakukan mengikuti bisnis inti RAJA sebelum menjadi perusahaan gas.
RAJA berdiri pada 24 Desember 1993. Properti menjadi bisnis utamanya kala itu.
Seiring perkembangan usaha, pada 22 Januari 2003, RAJA menggelar initial public offering (IPO). Sejak saat itu, perusahaan aktif melakukan Penawaran Umum Terbatas sebagai bagian dari upaya memperkokoh struktur permodalan.
Pada tahun 2004, RAJA melakukan ekspansi bisnis ke bidang jasa logistik dan pengelolaan pelabuhan di Sulawesi Utara. Hingga akhirnya pada tahun 2010, RAJA pun beralih menjadi penyedia energi terintegrasi dari hulu ke hilir.
RAJA yang sekarang fokus pada empat pilar bisnis utama. Keempatnya yaitu, Infrastruktur Gas, Perdagangan Gas, Pembangkit, dan Bisnis Hulu Energi.
Masyarakat dengan kepemilikan di bawah 5% menjadi pemegang 25% atau saham RAJA. Individu lain yang tercatat sebagai pemegang saham adalaj Johan Lensa yang menggenggam 10,09% saham.
Sentosa Bersama Mitra memiliki 32,13% saham RAJA. Hapsoro, suami Puan Maharani memiliki 32,74% saham. Baik Sentosa Bersama dan Hapsoro adalah pengendali RAJA.