Top Gainers-Losers

Lo Kheng Hong Effect Memudar, BMTR Masuk Top Losers

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
04 August 2022 07:05
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup kembali menguat pada perdagangan Rabu (3/8/2022) kemarin, di tengah memanasnya kembali tensi antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melesat 0,84% ke posisi 7.046,635. IHSG sukses kembali menyentuh level psikologis 7.000. Pergerakan IHSG cenderung sejalan dengan mayoritas indeks saham Asia-Pasifik yang berakhir di zona hijau kemarin.

Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG dibuka turun tipis 0,01% di posisi 6.987,35. Tetapi selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG langsung bangkit dan tak kembali ke zona merah. Setelah itu, IHSG konsisten bergerak di zona hijau.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 21 triliun dengan melibatkan 30 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 267 saham terapresiasi, 250 saham terdepresiasi, dan 165 saham lainnya stagnan.

Investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 755,35 miliar di pasar reguler. Tetapi di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat melepas (net sell) hingga mencapai Rp 7,9 triliun, sehingga secara total, asing mencatatkan net sell sebesar Rp 7,14 triliun.

Saat IHSG kembali menguat dan kembali menembus level psikologis 7.000, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Rabu kemarin.

Saham Top Gainers

Saham emiten produsen baja yakni PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) memimpin jajaran top gainers pada perdagangan kemarin. Saham GDST ditutup meroket 27,84% ke posisi harga Rp 124/saham.

Nilai transaksi saham GDST pada perdagangan Rabu kemarin mencapai Rp 17,38 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 146,07 juta lembar saham. Namun, investor asing melepas saham GDST sebesar Rp 221,19 juta di pasar reguler.

Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 25 Juli hingga kemarin, saham GDST belum pernah mencatatkan koreksi. Saham GDST mencatatkan penguatan sebanyak 4 kali dan stagnan sebanyak 4 kali stagnan.

Dalam sepekan terakhir, saham GDST melonjak 31,91%, sedangkan selama sebulan terakhir, GDST terpantau melejit 36,26%.

Jika melihat kinerja laporan keuangannya pada kuartal II-2022, GDST berhasil mencatatkan penjualan dan pendapatan usaha mencapai Rp 1,2 triliun naik 51,8% dari tahun sebelumnya yakni 809,26 miliar.

Pada Mei lalu, GDST melakukan ekspor produk pelat baja ke Eropa sebanyak 15.000 ton atau senilai US$ 17 juta. Tujuan negara ekspor pelat baja ke Eropa sebanyak 15.000 ton antara lain adalah Jerman sebanyak 10.000 ton dan ke Spanyol 5.000 ton. Ekspor baja ke Eropa ini juga merupakan imbas dari perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan berkurangnya suplai baja.

Diketahui bahwa baja dari GDST selama ini banyak digunakan sebagai bahan untuk konstruksi pembuatan kapal, jembatan, serta tiang-tiang pabrik. Adapun kontribusi pasar ekspor terhadap penjualan sebanyak 91%.

Selain saham GDST, terdapat pula saham emiten produsen kaleng kemas yakni PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI), yang harga sahamnya melesat 9,85% ke posisi Rp 12.550/saham.

Nilai transaksi saham PANI pada perdagangan kemarin mencapai Rp 4,18 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan hanya sebanyak 333.500 lembar saham. Asing mengoleksi saham PANI sebesar Rp 19,79 juta di pasar reguler.

Kenaikan saham PANI disebabkan karena perseroan bakal menggelar rights issue, di mana nilainya cukup fantastis yakni mencapai Rp 6,56 triliun.

Berdasarkan prospektus, Rabu kemarin, perolehan dana itu didapat setelah PANI memutuskan untuk melepas 13,12 miliar saham biasa dalam aksi korporasi dengan skema penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) itu. Adapun harga pelaksanaan rights issue ini Rp 500 per saham.

Jumlah emisi yang diterbitkan tergolong besar, setara 96,97% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Persentase ini juga yang menjadi besaran efek dilusi jika ada pemegang saham yang tidak menggunakan haknya dalam rights issue.

Bagi setiap pemegang saham yang namanya tercatat hingga 10 Agustus mendatang memiliki hak atas 32 HMETD. Setiap satu HMETD memberikan hak untuk membeli satu saham yang dikeluarkan dalam rights issue.

Dana hasil rights issue, setelah dikurangi biaya emisi, akan digunakan untuk penyertaan saham baru yang akan dikeluarkan oleh PT Bangun Kosambi Sukses (BKS).

Usai urusan ini, giliran BKS yang melakukan investasi dan pengembangan bisnis dengan penyertaan saham baru yang dikeluarkan oleh Mega Andalan Sukses (MAS) dan Cahaya Gemilang Indah Cemerlang (CGIC).

Jadi, sederhananya, PANI akan membeli 51% saham BKS senilai Rp 6,5 triliun menggunakan dana hasil rights issue. Nah, 'duit' yang diterima BKS dari PANI akan digunakan untuk mengakuisisi 51% saham MAS dan CGIC masing-masing senilai Rp 4,7 triliun dan Rp 1,8 triliun.

Asal tahu saja, ketiganya merupakan anak usaha Agung Sedayu Group secara langsung melalui PT Multi Artha Pratama (MAP) dengan porsi kepemilikan saham di masing-masing perusahaan 50%. Ini posisi sebelum rights issue.

Sedang setelah rights issue, giliran BKS yang menjadi anak usaha PANI. Sedang MAS dan GCIG menjadi cucu usaha PANI.

Baik MAS maupun CGIC bergerak di sektor properti. Dengan kata lain, PANI akan bermanuver dengan masuk ke bisnis properti dari sebelumnya di industri pengolahan hasil perikanan dan penyimpanan di kamar dingin (cold storage).

Saat IHSG menghijau lagi dan berhasil kembali menyentuh zona psikologis 7.000, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Rabu kemarin.

<> 

Saham emiten furniture online yakni PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk (OLIV) masih memimpin jajaran top losers hingga perdagangan kemarin, di mana sahamnya ditutup ambruk hingga 10% ke posisi harga Rp 90/saham. Dengan ini, maka saham OLIV kembali terkena batas ARB-nya kemarin.

Nilai transaksi saham OLIV pada perdagangan kemarin mencapai Rp 5,12 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 56,27 juta lembar saham.

Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 25 Juli hingga kemarin, saham OLIV mencatatkan penguatan sebanyak 4 kali, melemah 3 kali, dan stagnan sekali

Dalam sepekan terakhir, saham OLIV terpantau ambles 19,64%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, OLIV tercatat ambrol 10%.

Belum ada informasi signifikan terkait penurunan saham OLIV.

Emiten yang bergerak di bidang perdagangan furnitur ini sejatinya belum lama melakukan aksi korporasi berupa penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO).

OLIV resmi melantai di bursa saham domestik pada 17 Mei 2022 dengan melepas 400 juta saham di harga Rp 100/unit. Namun sayang, dalam kurun waktu dua bulan, harga saham OLIV malah 'nyender' dan tak jauh bergerak di kisaran harga IPO.

Oscar Living menawarkan 400 juta lembar saham atau sekitar 21,10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh, dengan harga Rp 100 per lembar sahamnya. Dengan itu, dana yang terhimpun dari masyarakat melalui Penawaran Umum ini adalah senilai Rp 40 miliar.

Selain saham OLIV, juga terdapat saham emiten Holding Grup MNC yakni PT Global Mediacom Tbk (BMTR), yang harga sahamnya ambles 6,73% ke posisi Rp 416/saham.

Nilai transaksi saham BMTR pada perdagangan kemarin mencapai Rp 359,66 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 838,64 juta lembar saham. Asing mengoleksi saham BMTR sebesar Rp 15,9 miliar di pasar reguler.

Sebelumnya, saham BMTR sempat melesat dalam beberapa hari terakhir, seiring rencana pemegang saham untuk melakukan merger. Tetapi, melesatnya harga saham BMTR pun berakhir pada perdagangan kemarin.

Pada Rabu kemarin, manajemen BMTR melakukan klarifikasi soal rencana merger antara PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dengan BMTR.

Dalam keterbukaan informasi, Abuzzal Abusaeri, Corporate Secretary BMTR mengatakan bahwa dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tanggal 28 Juli 2022, pada sesi tanya jawab berkembang diskusi mengenai upaya meningkatkan harga saham BMTR.

"Salah satunya adalah dengan melakukan pemotongan chain listing (pencatatan berantai) dengan melakukan merger antara BMTR dengan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN)," kata Abuzzal, dikutip Rabu (3/8/2022).

Menurutnya, perseroan akan melakukan elaborasi lebih lanjut dengan membentuk tim kajian secara internal untuk mempelajari berbagai kemungkinan dan/atau simulasi.

BMTR juga menjelaskan latar belakang merger ini karena ada diskusi dalam rapat yang berkaitan dengan harga saham perseroan.

"Namun hingga saat ini perseroan masih dalam tahap pendalaman/elaborasi dan belum terdapat proses definitif yang dapat dijelaskan," tegas Abuzzal.

Begitu pula dengan dampak dari rencana merger ini, ia menegaskan rencana merger masih perlu ditindaklanjuti dengan kajian atau simulasi-simulasi termasuk simulasi terhadap kinerja operasional dan keuangan yang diharapkan akan bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan.

Perseroan juga menegaskan jika hingga saat ini tidak ada informasi atau kejadian penting lainnya yang material dan dapat berpengaruh pada kelangsungan hidup perseroan serta dapat mempengaruhi harga saham.

Sebelumnya kabar merger ini datang dari Hary Tanoe yang menyebut bahwa kondisi saham BMTR yang selalu sideways menjadi salah satu alasan utama dibalik rencana merger tersebut.

"Ada rencana MNCN dan BMTR dimerger," ujar Hary Tanoe pasca sesi tanya jawab RUPS usai. Meski demikian ia menegaskan kepada notaris bahwa hal tersebut bukan bagian dari resolusi RUPS.

Hary Tanoe mengisyaratkan bahwa hierarki harga saham Grup MNC di bidang media tidak sesuai harapan, dengan "harga saham paling tinggi justru ada di bawah."

MSIN yang merupakan operating company terkait digital adalah emiten media Grup MNC dengan harga tertinggi, diikuti oleh MNCN yang secara langsung memiliki empat televisi yaitu RCTI, MNCTV, GTV dan iNews.

Kondisi yang dinilai kurang optimal tersebut menjadi alasan merger. Adapun perusahaan yang bertahan pasca merger adalah BMTR dan nanti akan disebut MNC Media.

"The Merge Company, The New Company itu langsung memiliki empat TV," jelas Hary Tanoe secara lugas.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular