Top Gainers-Losers

Lo Kheng Hong Effect Memudar, BMTR Masuk Top Losers

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
04 August 2022 07:05
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Saat IHSG menghijau lagi dan berhasil kembali menyentuh zona psikologis 7.000, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Rabu kemarin.

<> 

Saham emiten furniture online yakni PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk (OLIV) masih memimpin jajaran top losers hingga perdagangan kemarin, di mana sahamnya ditutup ambruk hingga 10% ke posisi harga Rp 90/saham. Dengan ini, maka saham OLIV kembali terkena batas ARB-nya kemarin.

Nilai transaksi saham OLIV pada perdagangan kemarin mencapai Rp 5,12 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 56,27 juta lembar saham.

Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 25 Juli hingga kemarin, saham OLIV mencatatkan penguatan sebanyak 4 kali, melemah 3 kali, dan stagnan sekali

Dalam sepekan terakhir, saham OLIV terpantau ambles 19,64%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, OLIV tercatat ambrol 10%.

Belum ada informasi signifikan terkait penurunan saham OLIV.

Emiten yang bergerak di bidang perdagangan furnitur ini sejatinya belum lama melakukan aksi korporasi berupa penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO).

OLIV resmi melantai di bursa saham domestik pada 17 Mei 2022 dengan melepas 400 juta saham di harga Rp 100/unit. Namun sayang, dalam kurun waktu dua bulan, harga saham OLIV malah 'nyender' dan tak jauh bergerak di kisaran harga IPO.

Oscar Living menawarkan 400 juta lembar saham atau sekitar 21,10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh, dengan harga Rp 100 per lembar sahamnya. Dengan itu, dana yang terhimpun dari masyarakat melalui Penawaran Umum ini adalah senilai Rp 40 miliar.

Selain saham OLIV, juga terdapat saham emiten Holding Grup MNC yakni PT Global Mediacom Tbk (BMTR), yang harga sahamnya ambles 6,73% ke posisi Rp 416/saham.

Nilai transaksi saham BMTR pada perdagangan kemarin mencapai Rp 359,66 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 838,64 juta lembar saham. Asing mengoleksi saham BMTR sebesar Rp 15,9 miliar di pasar reguler.

Sebelumnya, saham BMTR sempat melesat dalam beberapa hari terakhir, seiring rencana pemegang saham untuk melakukan merger. Tetapi, melesatnya harga saham BMTR pun berakhir pada perdagangan kemarin.

Pada Rabu kemarin, manajemen BMTR melakukan klarifikasi soal rencana merger antara PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dengan BMTR.

Dalam keterbukaan informasi, Abuzzal Abusaeri, Corporate Secretary BMTR mengatakan bahwa dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tanggal 28 Juli 2022, pada sesi tanya jawab berkembang diskusi mengenai upaya meningkatkan harga saham BMTR.

"Salah satunya adalah dengan melakukan pemotongan chain listing (pencatatan berantai) dengan melakukan merger antara BMTR dengan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN)," kata Abuzzal, dikutip Rabu (3/8/2022).

Menurutnya, perseroan akan melakukan elaborasi lebih lanjut dengan membentuk tim kajian secara internal untuk mempelajari berbagai kemungkinan dan/atau simulasi.

BMTR juga menjelaskan latar belakang merger ini karena ada diskusi dalam rapat yang berkaitan dengan harga saham perseroan.

"Namun hingga saat ini perseroan masih dalam tahap pendalaman/elaborasi dan belum terdapat proses definitif yang dapat dijelaskan," tegas Abuzzal.

Begitu pula dengan dampak dari rencana merger ini, ia menegaskan rencana merger masih perlu ditindaklanjuti dengan kajian atau simulasi-simulasi termasuk simulasi terhadap kinerja operasional dan keuangan yang diharapkan akan bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan.

Perseroan juga menegaskan jika hingga saat ini tidak ada informasi atau kejadian penting lainnya yang material dan dapat berpengaruh pada kelangsungan hidup perseroan serta dapat mempengaruhi harga saham.

Sebelumnya kabar merger ini datang dari Hary Tanoe yang menyebut bahwa kondisi saham BMTR yang selalu sideways menjadi salah satu alasan utama dibalik rencana merger tersebut.

"Ada rencana MNCN dan BMTR dimerger," ujar Hary Tanoe pasca sesi tanya jawab RUPS usai. Meski demikian ia menegaskan kepada notaris bahwa hal tersebut bukan bagian dari resolusi RUPS.

Hary Tanoe mengisyaratkan bahwa hierarki harga saham Grup MNC di bidang media tidak sesuai harapan, dengan "harga saham paling tinggi justru ada di bawah."

MSIN yang merupakan operating company terkait digital adalah emiten media Grup MNC dengan harga tertinggi, diikuti oleh MNCN yang secara langsung memiliki empat televisi yaitu RCTI, MNCTV, GTV dan iNews.

Kondisi yang dinilai kurang optimal tersebut menjadi alasan merger. Adapun perusahaan yang bertahan pasca merger adalah BMTR dan nanti akan disebut MNC Media.

"The Merge Company, The New Company itu langsung memiliki empat TV," jelas Hary Tanoe secara lugas.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular