Top Gainers-Losers

BAPA-BMTR Tercuan, Saham Baru RCCC Malah Ambles

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
03 August 2022 07:13
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat pada perdagangan Selasa (2/8/2022) kemarin, setelah sempat menyentuh zona merah sebelum penutupan perdagangan. Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,28% ke posisi 6.988,157. IHSG diangkat di menit menit terakhir pada sesi pre-closing dimana saham-saham berkapitalisasi pasar besar seperti BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI melonjak saat penutupan perdagangan.

Pada awal perdagangan sesi I, IHSG dibuka menguat di posisi 6.988,34. Tetapi selang satu menit saja, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah. Sepanjang perdagangan IHSG terus terkoreksi. Tetapi, pada pukul 14:00 WIB, IHSG mulai bangkit dari zona koreksi dan pada akhirnya berhasil selamat di detik-detik terakhir perdagangan kemarin. Hingga kemarin, IHSG terus 'pepet' level psikologisnya di 7.000.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 13 triliun dengan melibatkan 23 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 189 saham menguat, 349 saham melemah, dan 138 saham lainnya mendatar.

Investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) mencapai Rp 892,3 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 863,4 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 28,9 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Saat IHSG berhasil menguat di detik-detik terakhir, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Selasa kemarin.

Saham Top Gainers

Saham emiten properti yang mengelola proyek-proyek perumahan yang berlokasi di Bekasi dan Serpong, yakni PT Bekasi Asri Pemula Tbk (BAPA) menjadi salah satu saham yang masuk ke jajaran top gainers kemarin. Saham BAPA ditutup melonjak 16,15% ke posisi harga Rp 151/saham.

Nilai transaksi saham BAPA pada perdagangan Selasa kemarin mencapai Rp 29,94 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 210,78 juta lembar saham. Namun, investor asing melepas saham BAPA sebesar Rp 213,08 juta di pasar reguler.

Penyebab kenaikan saham BAPA kemarin adalah adanya kabar kedatangan investor baru yang memborong lebih dari 5% saham perusahaan.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), investor tersebut diketahui bernama Helin Liu yang memborong 34,72 juta saham atau setara dengan 5,25% kepemilikan di BAPA.

Pembelian tersebut dilakukan dalam dua kali transaksi menggunakan broker Mirae Aset Sekuritas Indonesia dan dilaksanakan pada tanggal 29 Juli lalu.

Menggunakan asumsi harga penutupan perdagangan hari sebelumnya, Helin berpotensi merogoh kocek hingga Rp 4,62 miliar untuk mengamankan 5,25% saham BAPA.

Sebelumnya selama tiga hari awal perdagangan pekan lalu, saham BAPA sempat naik 50% dan sempat masuk dalam jajaran paling cuan (top gainers) harian. Akan tetapi sehari sebelum Helin masuk saham ini malah berbalik arah dan ditutup menyentuh batas auto rejection bawah (ARB).

Kemudian pada hari terakhir perdagangan pekan lalu kala Helin Liu mengakumulasi saham di BAPA, saham emiten tersebut juga ditutup menyentuh auto rejection bawah (ARB). Namun dalam dua hari perdagangan awal pekan ini saham BAPA kembali bergerak di zona hijau.

Tidak diketahui secara pasti siapa Helin Liu yang merupakan investor baru di BAPA. Akan tetapi data KSEI menyingkap bahwa alamat investor tersebut berada di Provinsi Jambi.

Kinerja keuangan terbaru BAPA adalah untuk setahun penuh 2021, yang mana perusahaan mencatatkan penurunan pendapatan hingga sepertiga menjadi Rp 6,19 miliar. Sementara itu, kerugian bersih mampu dipangkas 45% menjadi Rp 2,02 miliar akhir tahun lalu.

Dalam sebulan terakhir, saham ini sudah nanjak 41%, sejak awal tahun melonjak 107% dan dalam setahun terakhir harganya meroket naik 182%.

Selain saham BAPA, terdapat pula saham emiten Holding Grup MNC yakni PT Global Mediacom Tbk (BMTR), yang harga sahamnya melesat 12,06% ke posisi Rp 446/saham.

Nilai transaksi saham BMTR pada perdagangan kemarin mencapai Rp 572,93 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 1,31 miliar lembar saham. Asing juga melepas saham BMTR sebesar Rp 6,43 miliar di pasar reguler.

Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 25 Juli hingga kemarin, saham BMTR tercatat 4 kali menghijau dan 3 kali memerah. Dengan ini, maka saham BMTR mencatatkan kenaikan 60,43% dalam sepekan terakhir, dan melesat 58,16% dalam sebulan terakhir.

Kabar terbaru yang beredar menyebut jika BMTR dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) bakal merger. Kabar ini terungkap dari unggahan instagram salah satu pelaku pasar modal, yakni Lukas Setia Atmaja pada Jumat pekan lalu.

Dalam akunnya tersebut, ia mengunggah foto antara value investor Lo Kheng Hong bersama bos MNC Group, Harry Tanoesoedibjo. Unggahan tersebut juga memuat caption dengan catatan salah satu pemicu kenaikan harga saham BMTR dan MNCN pada Kamis pekan lalu, lantaran ada informasi terkait merger selama rapat umum pemegang saham (RUPS).

"Ada rencana MNCN dan BMTR dimerger," ujar Hary Tanoe pasca sesi tanya jawab RUPS usai. Meski demikian ia menegaskan kepada notaris bahwa hal tersebut bukan bagian dari resolusi RUPS.

Sebagai informasi, BMTR yang merupakan induk perusahaan media Grup MNC yang memiliki kapitalisasi pasar jauh lebih kecil dari anak dan cucu perusahaan. Tercatat perusahaan hanya bernilai Rp 5,47 triliun atau kurang dari 10% valuasi dari PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN).

Saat IHSG menghijau lagi, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Selasa kemarin.

Saham Top Losers

Saham emiten furniture online yakni PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk (OLIV) kembali memimpin jajaran top losers kemarin, di mana sahamnya ditutup ambruk hingga 9,91% ke posisi harga Rp 100/saham. Dengan ini, maka saham OLIV kembali terkena batas ARB-nya kemarin.

Nilai transaksi saham OLIV pada perdagangan kemarin mencapai Rp 4,39 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 43,9 juta lembar saham.

Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 25 Juli hingga kemarin, saham OLIV mencatatkan penguatan sebanyak 4 kali, melemah dua kali, dan stagnan juga sekali

Dalam sepekan terakhir, saham OLIV terpantau merosot 1,96%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, OLIV tercatat stagnan.

Belum ada informasi signifikan terkait penurunan saham OLIV.

Oscar Living termasuk pendatang baru di bursa saham, di mana saham OLIV resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 17 Mei lalu. Pasca resmi mencatatkan sahamnya di BEI, saham OLIV menjadi emiten ke-20 pada tahun ini.

Oscar Living menawarkan 400 juta lembar saham atau sekitar 21,10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh, dengan harga Rp 100 per lembar sahamnya. Dengan itu, dana yang terhimpun dari masyarakat melalui Penawaran Umum ini adalah senilai Rp 40 miliar.

Selain saham OLIV, juga terdapat saham emiten jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin yakni PT Utama Radar Cahaya Tbk (RCCC).

Saham RCCC ditutup anjlok 9,63% ke posisi Rp 122/saham. Saat perdagangan perdananya, saham RCCC malah sudah terkena batas ARB-nya.

Nilai transaksi saham RCCC pada perdagangan kemarin mencapai Rp 26,87 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 204,82 juta lembar saham. Asing melepas saham RCCC sebesar Rp 195,96 juta di pasar reguler.

Perdagangan perdana saham RCCC pun tidak berjalan mulus. RCCC merupakan emiten jasa pengurusan transportasi (freight forwarding), yang menetapkan harga penawaran sebesar Rp 135 per saham dalam penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO).

Perseroan menawarkan sebanyak 150 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 25 setiap saham atau sebanyak 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan setelah IPO.

Seluruh dana hasil dari Penawaran Umum Perdana Saham ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi yang berhubungan dengan Penawaran Umum Perdana Saham akan digunakan sekitar 75,17% untuk pembelian kendaraan truk bekas.

Selanjutnya, sekitar 9,22% akan digunakan untuk modal kerja atau operational expenditure (OPEX), sekitar 7,59% akan digunakan untuk pembelian persediaan suku cadang dari pihak ketiga.

Lalu sekitar 2,99% akan digunakan untuk pembayaran angsuran sewa lahan parkir baru selama 2 (dua) tahun dan sisanya untuk keperluan lainnya.

Dari total target armada tersebut yang didukung penggunaan dana IPO, Perseroan menargetkan laba bersih dapat bertumbuh sebesar 89,0% dibandingkan periode 31 Desember 2021 yakni dari sebesar Rp 3 miliar menjadi Rp 5,7 miliar pada 31 Desember 2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular