Suku Bunga Diramal Naik, Dolar Australia Dekati Rp 10.400
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (1/8/2022), sehari menjelang pengumuman suku bunga bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) besok.
Pada pukul 9:32 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.394/AU$, menguat 0,34% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Inflasi di Australia yang kembali melejit membuat RBA diprediksi akan kembali menaikkan suku bunganya besok. Konsensus Trading Economics menunjukkan suku bunga akan dinaikkan 50 basis poin menjadi 1,85%.
Bahkan pasar melihat ada peluang suku bunga dinaikkan hingga 75 basis poin, sebab inflasi di Australia menembus rekor tertinggi dalam lebih dari dua dekade.
Biro Statistik Australia pada pekan lalu melaporkan inflasi kuartal II-2022 menembus 6,1% year-on-year (yoy). Kemudian inflasi inti tembus 4,9% (yoy), lebih tinggi dari kuartal I-2022 sebesar 3,7%, dan semakin jauh di atas target RBA 2% - 3%.
Sementara itu dari dalam negeri ada kabar baik. S&P Global pagi tadi merilis angka aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI).
Untuk periode Juli 2022, PMI manufaktur Indonesia berada di 51,3. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,2 sekaligus jadi yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
Pemesanan baru (new orders) meningkat setelah berada di tingkat yang rendah pada Juni. Dunia usaha menyebut peningkatan produksi terjadi seiring tumbuhnya permintaan dari konsumen.
Saat permintaan ekspor masih turun, permintaan domestik mampu mengambil alih. Penurunan ekspor bahkan berada di titik terendah sejak Agustus tahu lalu.
Dengan peningkatan permintaan, dunia usaha pun menambah tenaga kerja. Bahkan penambahan tenaga kerja berada di level tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.
"Sektor manufaktur Indonesia mengembalikan momentum pertumbuhannya. Permintaan yang lebih tinggi, terutama dari konsumen domestik, membuat produksi meningkat. Peningkatan produksi mendorong dunia usaha untuk menambah tenaga kerja," papar SianJones, Ekonom Senior S&P Global Market Entelligence, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)