
Amerika Resesi, Harga Minyak Kok Naik Ya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak bergerak naik pada perdagangan pagi hari ini. Harga si emas hitam masih mampu naik meski Amerika Serikat (AS) resmi masuk ke zona resesi.
Pada Jumat (29/7/2022) pukul 06:45 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 107,55/barel. Naik 0,71% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara yang jenis light sweet harganya US$ 97,45/barel. Bertambah 0,12%.
Tadi malam waktu Indonesia, kabar buruk datang dari AS. US Bureau of Economic Analysis melaporkan pembacaan awal terhadap ekonomi Negeri Paman Sam menunjukkan adanya kontraksi alias pertumbuhan negatif negatif 0,9% pada kuartal II-2022 dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Pada kuartal I-2022, Produk Domestik Bruto (PDB) AS juga terkontraksi 1,6% qtq.
Saat ekonomi suatu negara mengalami kontraksi qtq dalam dua kuartal beruntun, itu disebut dengan resesi teknikal. So, Negeri Adikuasa kini sudah resmi masuk ke 'jurang' resesi.
Semestinya kabar ini jadi sentimen negatif bagi harga minyak. Pasalnya, AS adalah konsumen minyak terbesar di dunia. Jika sang konsumen terbesar mengalami resesi, maka aktivitas ekonomi akan lesu sehingga permintaan energi turun.
Namun sejauh ini yang terjadi tidak demikian. Harga minyak masih bisa naik, karena sejatinya permintaan di Negeri Stars and Stripes masih kuat.
Sebelumnya, US Energy Information Administration melaporkan stok minyak AS turun 4,5 juta barel pada pekan lalu. Permintaan bahan bakar minyak (BBM) pun melesat 8,5% dibandingkan pekan sebelumnya.
"Kalau Anda lihat angkanya, mungkin lebih mirip perlambatan ekonomi ketimbang resesi. Minimal sekali. Di pasar minyak, pasokan masih di bawah pasokan sementara permintaan tetap kuat," tegas Phil Flynn, Analis di Price Futures Group, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak