Menerka Nasib Rupiah Saat AS Kerek Suku Bunga 75 Bps

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
28 July 2022 11:30
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan suku bunga acuan sebesar 75 Bps menjadi 2,25% hingga 2,5% oleh Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) sesuai dengan prediksi pasar. Guncangan di pasar keuangan pun sepertinya tidak terjadi pasca pengumuman.

Tapi bagaimana dampaknya ke rupiah?

"Kalau kita lihat dampaknya ke rupiah masih cukup aman, gak banyak reaksi, pasar positif di pasar modal AS dan mungkin di RI," ungkap Kepala ekonom BCA David Sumual kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/7/2022)

Pada hari ini pukul 09:58 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.970. Rupiah terapresiasi 0,27% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Di hadapan dolar Singapura, rupiah pun berjaya. Pada pukul 09:59 WIB, SG$ 1 dihargai Rp 10.827,43 di mana rupiah menguat 0,21%.

Kemudian terhadap dolar Australia, rupiah pun 'menang'. Pada pukul 10:00 WIB, AU$ 1 dibanderol Rp 10.461,04 di mana rupiah menguat 0,28%.

Investor melihat imbal hasil dari kepemilikan obligasi juga masih menarik. Yield surat berharga negara (SBN) 10 tahun kini 7,4%. "Masih ada spread yang menarik kalau investor pegang SBN," jelasnya.

Dari dalam negeri, fundamental penyokong rupiah tetap kuat di tengah guncangan global. Saat banyak negara mengalami tekanan inflasi yang luar biasa akibat tingginya harga komoditas, Indonesia masih relatif aman.

Meski harga minyak dunia naik, yang membuat harga bensin di berbagai negara melonjak tajam, Indonesia masih aman-aman saja. Dengan bekal penerimaan negara yang tinggi, pemerintah bisa memberikan subsidi dan kompensasi untuk menjaga harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tetap rendah.

Saat inflasi terjaga rendah, maka nilai uang tidak tergerus. Termasuk uang untuk berinvestasi, nilainya tidak termakan oleh inflasi.

Ini membuat investor, termasuk investor asing, masih menjadikan Indonesia sebagai tujuan untuk menanamkan modal. Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), investor asing masih membukukan beli bersih Rp 56,01 triliun di pasar saham Tanah Air sepanjang tahun ini hingga 22 Juli. Arus modal asing ini menjadi modal bagi penguatan rupiah.

Ke depan, menurut David pasokan valuta asing akan semakin menipis seiring dengan harga komoditas yang tidak lagi setinggi beberapa waktu lalu. Baik untuk batu bara, nikel hingga minyak kelapa sawit.

Sementara impor juga terus meningkat, sehingga akan menggerus ketersediaan valas. "Jadi tantangan ke depan pasokan valas akan melambat," pungkasnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-siap Asing Kabur Lagi Tinggalkan RI, Rupiah Ambruk!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular