Top, Rupiah! Dolar Amerika, Singapura, Australia, Keok Semua

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 July 2022 10:29
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan hari ini. Tidak hanya dolar AS, rupiah juga perkasa di hadapan dolar lainnya.

Pada Kamis (28/7/2022) pukul 09:58 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.970. Rupiah terapresiasi 0,27% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Di hadapan dolar Singapura, rupiah pun berjaya. Pada pukul 09:59 WIB, SG$ 1 dihargai Rp 10.827,43 di mana rupiah menguat 0,21%.

Kemudian terhadap dolar Australia, rupiah pun 'menang'. Pada pukul 10:00 WIB, AU$ 1 dibanderol Rp 10.461,04 di mana rupiah menguat 0,28%.

Dari dalam negeri, fundamental penyokong rupiah tetap kuat di tengah guncangan global. Saat banyak negara mengalami tekanan inflasi yang luar biasa akibat tingginya harga komoditas, Indonesia masih relatif aman.

Sebagai negara penghasil komoditas, kenaikan harga membawa berkah bagi Indonesia. Di sisi fiskal, kenaikan harga komoditas membuat penerimaan pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melesat.

Per akhir Juni 2022, setoran pajak dari sektor pertambangan tumbuh 286,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan PNBP mineral dan batu bara melesat 119,4%.

Tingginya penerimaan negara membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 tetap terjaga surplus. Hingga akhir paruh pertama tahun ini, APBN membukukan surplus Rp 73,6 triliun atau 0,39% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

apbnSumber: Kementerian Keuangan

Halaman Selanjutnya --> Inflasi Terjaga, Rupiah Jaya

Surplus APBN menjadi bekal kuat untuk menjaga perekonomian nasional. Pemerintah jadi punya ruang untuk bermanuver dalam mengendalikan harga barang dan jasa di tingkat domestik.

Meski harga minyak dunia naik, yang membuat harga bensin di berbagai negara melonjak tajam, Indonesia masih aman-aman saja. Dengan bekal penerimaan negara yang tinggi, pemerintah bisa memberikan subsidi dan kompensasi untuk menjaga harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tetap rendah.

Harga BBM jenis Pertalite, yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, tetap bertahan di Rp 7.650/liter. Ini membuat inflasi Indonesia terjaga relatif rendah dibandingkan negara-negara tetangga.

Saat inflasi terjaga rendah, maka nilai uang tidak tergerus. Termasuk uang untuk berinvestasi, nilainya tidak termakan oleh inflasi.

Ini membuat investor, termasuk investor asing, masih menjadikan Indonesia sebagai tujuan untuk menanamkan modal. Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), investor asing masih membukukan beli bersih Rp 56,01 triliun di pasar saham Tanah Air sepanjang tahun ini hingga 22 Juli. Arus modal asing ini menjadi modal bagi penguatan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular