
Deg-degan Tunggu Keputusan Fed, IHSG Menghijau Pepet 6.900

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Selasa (26/7/2022) dengan apresiasi 0,19% di 6.871,54.
Mayoritas indeks saham Asia bergerak di zona hijau. Kecuali indeks Nikkei yang mengalami pelemahan 0,16%.
Semalam Wall Street ditutup variatif. Indeks Dow Jones dan S&P 500 menguat masing-masing 0,28% dan 0,13% sedangkan Nasdaq Composite melemah 0,43%.
Fokus pasar kali ini tetap kepada bank sentral AS The Fed yang akan memutuskan kebijakan moneter suku bunga acuannya.
Otoritas moneter AS tersebut diperkirakan bakal menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) seiring dengan laju inflasi tahunan AS yang sudah naik 9,1% Juni lalu.
Namun pelaku pasar juga mulai mengantisipasi adanya kemungkinan the Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 bps.
Pergerakan Wall Street yang volatil dan agresivitas The Fed menaikkan suku bunga acuan berpotensi memantik outflow dari pasar keuangan negara berkembang.
Outflow terlihat dari pasar saham RI. Kemarin investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 351 miliar di pasar reguler. Dalam sebulan terakhir asing net sell di pasar reguler sebesar Rp 7,13 triliun.
Bersamaan dengan outflow tersebut, IHSG pun mencatatkan koreksi 2,25%.
Di sisi lain dari dalam negeri, sentimen yang turut akan mewarnai perdagangan adalah rilis laporan keuangan emiten yang akan dimulai dengan bank-bank kakap.
Bank Central Asia (BBCA) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) diperkirakan akan melaporkan pada Rabu, Bank Mandiri (BMRI) Kamis dan Bank Negara Indonesia (BBNI) Jumat pekan ini.
Selanjutnya investor perlu menyimak pergerakan harga komoditas yang sering kali ikut mendikte pergerakan pasar saham domestik.
Sentimen komoditas salah satunya datang dari CPO yang mana pemerintah Indonesia berencana untuk menghapus kebijakan kewajiban pemenuhan untuk pasar domestik alias Domestic Market Obligation (DMO).
Jika terealisasi, tentunya akan berdampak pada peningkatan volume ekspor CPO dalam negeri dan harga yang semakin kompetitif.
Ditambah dengan penghapusan pungutan pajak ekspor CPO dan produk turunannya yang dimulai pada 15 Juli hingga 31 Agustus 2022, harga CPO Indonesia menjadi kian menarik di mata pembeli asing dibandingkan dengan CPO Malaysia. Hal ini pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan permintaan akan CPO Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000