Harga Tembaga Melejit 1,5%, Tapi Awas Rawan Ambles!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
26 July 2022 12:05
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia menguat pada perdagangan hari ini didorong oleh dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah. Ditambah dengan kendala pasokan dari produsen utama, Peru, juga memberi dukungan.

Pada Selasa (26/7/2022) pukul 11:30 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 7.590/ton. Melesat 1,5% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Dolar AS turun karena para pedagang menunggu keputusan kenaikan suku bunga dari Federal Reserve AS. Serta menunggu petunjuk apa pun tentang apakah petunjuk ekonomi yang melambat akan mendorong pergeseran dari fokusnya pada inflasi.

Dollar Index (yang mengukur greenback dengan enam mata uang utama lainnya) berada di 106,38. Posisi ini di bawah puncak dalam 20 tahun terakhir di 108,54. Hal ini menjadi sentimen positif bagi tembaga karena dibanderol dengan greenback menjadi murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Meskipun naik, harga tembaga, yang sering digunakan sebagai ukuran kesehatan ekonomi global, telah turun 30% sejak rekor tertinggi yang dicapai pada Maret yakni sebesar US$ 10.845/ton. Harga tembaga turun karena  pelemahan permintaan oleh konsumen utama China karena wabah virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Selain itu juga dengan kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang semakin mengancam permintaan logam di masa depan karena bank sentral berusaha menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Semester II, Harga Tembaga Anjlok 2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular