
Top! Jelang Rilis Data Ekonomi AS, IHSG Sesi I Berakhir Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I Selasa (26/7/2022) di tengah penantian investor terkait beberapa kabar penting yang akan muncul dan mempengaruhi sentimen pasar secara dominan terutama berasal dari suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR) dan pertumbuhan ekonomi.
IHSG dibuka menguat 0,06% di posisi 6.862,71 dan ditutup di zona hijau dengan apresiasi 0,28% atau 19,25 poin ke 6.877,66 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 8,49 triliun dengan melibatkan lebih dari 42 miliar saham.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah menguat dan konsisten berada di zona hijau hingga penutupan perdagangan sesi pertama. Level tertinggi berada di 6.899,93 sekitar pukul 09:10 WIB dan level terendah berada di 6.862,64 sesaat setelah perdagangan dibuka. Mayoritas saham siang ini melemah yakni sebanyak 255 unit, sedangkan 233 unit lainnya menguat, dan 188 sisanya stagnan.
Pekan ini menjadi pekan transaksi terakhir pada Juli dan penting dicermati karena otoritas moneter dan fiskal Amerika Serikat (AS) secara berbarengan akan merilis informasi penting, yakni suku bunga dan pertumbuhan ekonomi.
Suku bunga acuan AS diperkirakan akan kembali menaikan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp). Otoritas moneter AS tersebut diperkirakan bakal menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) seiring dengan laju inflasi tahunan AS yang sudah naik 9,1% Juni lalu.
Namun pelaku pasar juga mulai mengantisipasi adanya kemungkinan the Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 bps. Bagaimanapun juga laju inflasi yang tinggi disertai dengan kebijakan moneter yang agresif telah membuat pasar keuangan global bergejolak di sepanjang tahun ini.
Jika The Fed sungguh-sungguh menaikkan suku bunga acuannya pekan ini, peluang untuk terkoreksinya bursa saham AS terbuka lebar. Ditambah dengan potensi resesi karena perang Rusia-Ukraina belum usai, kian menambah tekanan terhadap aset berisiko.
Dari dalam negeri, sentimen yang turut akan mewarnai perdagangan adalah rilis laporan keuangan emiten yang akan dimulai dengan bank-bank kakap.
Bank Central Asia (BBCA) diperkirakan akan melaporkan pada Rabu, Bank Mandiri (BMRI) Kamis dan Bank Negara Indonesia (BBNI) Jumat pekan ini.
Selanjutnya investor perlu menyimak pergerakan harga komoditas yang akan mempengaruhi pergerakan pasar saham domestik. Salah satunya datang dari CPO yang mana pemerintah Indonesia berencana untuk menghapus kebijakan kewajiban pemenuhan untuk pasar domestik aliasDomestic Market Obligation(DMO).
Jika terealisasi, tentunya akan berdampak pada peningkatan volume ekspor CPO dalam negeri dan harga yang semakin kompetitif. Ditambah dengan penghapusan pungutan pajak ekspor CPO dan produk turunannya yang dimulai pada 15 Juli hingga 31 Agustus 2022.
Harga CPO Indonesia menjadi kian menarik di mata pembeli asing dibandingkan dengan CPO Malaysia. Hal ini pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan permintaan CPO Indonesia serta menjadi sentimen positif penggerak pasar saham Tanah Air
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000