Sempat Galau di Sesi I, IHSG Akhirnya Nyerah Juga

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 25/07/2022 15:36 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada perdagangan Senin (25/7/2022) awal pekan ini, di tengah sikap investor yang menanti pengumuman suku bunga acuan terbaru dari bank sentral Amerika Serikat (AS).

Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,31% ke posisi 6.858,407. IHSG juga masih cenderung volatil pada hari ini karena investor cenderung wait and see. Bahkan, IHSG sempat menyentuh zona psikologisnya di 6.900 pada awal perdagangan sesi I hari ini.

Pada awal perdagangan sesi I hari ini, IHSG dibuka menguat 0,21% di posisi 6.905,51. Selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG cenderung 'galau'. Selanjutnya sekitar pukul 10:00 WIB, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah hingga akhir perdagangan hari ini.


Nilai transaksi indeks pada hari ini hanya mencapai sekitaran Rp 9 triliun dengan melibatkan 23 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 238 saham menguat, 280 saham melemah, dan 162 saham lainnya mendatar.

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya hari ini, yakni mencapai Rp 418,9 miliar. Sedangkan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 417,8 miliar dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) di posisi ketiga sebesar Rp 260,2 miliar.

Dari pergerakan sahamnya, BUMI ditutup melejit 8,14% ke harga Rp 93/unit, sedangkan saham ADRO melonjak 2,31% ke Rp 3.100/unit. Tetapi, saham BBRI berakhir melemah 0,47% ke Rp 4.250/unit.

Pergerakan IHSG siang ini mengekor bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang kembali terkoreksi pada akhir pekan lalu, di mana investor kembali mencermati arah suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang diperkirakan akan kembali menaikan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp).

Di sisi lain, ada juga investor yang terbuka terhadap peluang bahwa The Fed akan menaikan suku bunga acuan lebih agresif sebesar 100 bps pada pertemuan Juli ini. Bagaimanapun juga laju inflasi yang tinggi disertai dengan kebijakan moneter yang agresif telah membuat pasar keuangan global bergejolak di sepanjang tahun ini.

Jika The Fed sungguh-sungguh menaikkan suku bunga acuannya pekan ini, peluang untuk terkoreksinya bursa saham AS terbuka lebar. Ditambah dengan potensi resesi karena perang Rusia-Ukraina belum usai, kian menambah tekanan terhadap aset berisiko.

Selain itu, sentimen bursa saham datang dari bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) yang juga menaikkan suku bunga acuan secara agresif dan untuk pertama kalinya sejak 11 tahun terakhir.

Sentimen kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan oleh bank sentral global serta selisih suku bunga acuan dengan Indonesia yang menyempit patut diwaspadai karena berpengaruh terhadap valuasi dan harga aset keuangan domestik.

Seperti yang telah diketahui, Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 20-21 Juli 2022, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 3,5%.

Dengan ini, genap 17 bulan sudah suku bunga acuan dipertahankan di level terendahnya sepanjang sejarah. Nilai tukar rupiah di pasar spot langsung melemah. Melemahnya nilai tukar rupiah juga turut membebani pasar saham kedepannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat