Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$ Lagi, Kebijakan BI Sukses?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 July 2022 15:18
Dollar
Foto: Freepik

Menurut David, risiko yang perlu diperhatikan BI ketika penjualan SBN adalah pihak pembelinya. Ia meragukan asing akan tertarik sehingga mendorong terjadinya inflow.

"Kalau dilihat kan pengennya asing, cuma sekarang kenyataannya outflow terus," imbuhnya.

Dengan suku bunga yang tetap dipertahankan, selisih imbal hasil (yield) dengan obligasi AS (Treasury) tentunya semakin menyempit. Sebab, bank sentral AS (The Fed) masih terus menaikkan suku bunga.

The Fed sejauh ini sudah menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali dengan total 150 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%.

Pasar memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 2,25% - 2,5%. Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitas kenaikan tersebut sekitar 80%. Namun, ada juga probabilitas sekitar 20% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin.

Dengan kenaikan tersebut, yield Treasury tentunya akan meningkat dan selisihnya semakin menyempit dengan SBN. Hal ini tentunya memicu capital outflow.

Data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko (DJPPR)menunjukkan pada Juli hingga tanggal 22, capital outflow yang terjadi di pasar SBN sebesar Rp 29 triliun. Dengan demikian, sepanjang tahun ini total capital outflow sebesar Rp 140 triliun, dan yang terbesar terjadi Maret lalu senilai Rp 48,3 trillun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular