Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten produsen beras bermerek Buyung atau Hoki yakni PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) akan terus berekspansi. HOKI bakal bertransformasi ke bisnis Fast Moving Consumer Goods (FMCG).
Sebagai informasi saja, FMCG adalah produk yang sangat laris, terjual dengan cepat, dan memiliki harga yang terjangkau. Pada umumnya, produk yang masuk ke kategori FMCG adalah produk kebutuhan sehari-hari, seperti makanan dan minuman kemasan, perlengkapan mandi, produk pembersih, sembako, dan lain-lain. Produk FMCG biasanya cepat habis di pasar.
Untuk mencapai ekspansi bisnis FMCG-nya, perseroan kembali meluncurkan produk baru yakni serial produk DailyMeal Eats dan DailyMeal Rice. Produk diluncurkan melalui anak usahanya yakni PT Hoki Distribusi Niaga (HDN).
DailyMeal Eats merupakan produk baru HOKI yang hadir dalam kemasan praktis dengan cita rasa masakan Indonesia. Adapun rasa yang ditawarkan yakni Nasi Kebuli, Nasi Goreng Spesial Pedas, dan Nasi Uduk.
Selain DailyMeal Eats, HOKI juga menawarkan produk baru yakni DailyMeal Rice, di mana produk ini merupakan produk beras jagung dan beras singkong untuk mendukung pilihan gaya hidup lebih sehat, yang diproduksi tanpa pengawet dan pewarna buatan.
HOKI berkomitmen untuk selalu menghadirkan inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup masyarakat saat ini, di mana masyarakat mengutamakan cita rasa, kualitas, kesehatan, dan kepraktisan.
Dengan ini, maka harapannya yakni inovasi-inovasi produk perseroan dapat disukai oleh masyarakat dan dapat meningkatkan kinerja perseroan.
Selain produk baru yakni DailyMeal, perseroan juga berinovasi melalui aktivitas pemasaran dengan semakin mendekatkan diri ke konsumen melalui pengembangan outlet ritel berbasis transaksi online di WarungKoki.ID.
Tidak lama lagi, WarungKoki online juga akan hadir di berbagai platform e-commerce yang ada di Indonesia.
Saat ini, WarungKoki offline telah hadir di dekat wilayah residensial, pasar modern, dan SPBU modern di berbagai wilayah strategis di Indonesia. WarungKoki.ID tersedia 19 toko di Jakarta, 9 toko di Bodetabek, 8 toko di Banten, dan 5 toko di Bandung.
Pada perdagangan sesi II hari ini pukul 14:00 WIB, saham HOKI terpantau ambles 2,1% ke posisi harga Rp 140/saham. Dalam sepekan terakhir, saham HOKI masih melesat hingga 11,11% dan dalam sebulan terakhir cenderung stagnan.
Mungkin bagi kalangan milenial, terutama Gen Z mendengar sosok Sukarto Bujung masih cukup asing. Dia merupakan sosok di balik dari beras Buyung atau beras Hoki. Saat ini, Sukarto Bujung merupakan Direktur Utama Buyung Poetra Sembada.
HOKI berkembang dari sebuah toko beras di Palembang bernama Toko Buyung Palembang. Toko tersebut didirikan pada tahun 1977 hingga akhirnya melebarkan bisnisnya ke Jakarta di tahun 2003.
Meskipun mengawali penjualannya di Jakarta lewat pasar ke pasar basah, beras Topikoki milik HOKI berhasil menembus pasar modern atau supermarket.
Melesatnya bisnis HOKI memantik semangat Sukarto Bujung dan kawan-kawan untuk menambah variasi produk mereka.
Selain itu, keuntungan perusahaan membantu BPS dalam melakukan riset dan penelitian, serta mendirikan cabang di berbagai wilayah di Pulau Jawa. Pada Oktober 2019, Buyung Poetra Sembada atau dapat disingkat BPS sempat menambah kapasitas produksinya di pabrik Subang hingga 20 ton.
BPS resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2017.
Kembali ke Sukarto Bujung yang merupakan pria kelahiran Palembang 49 tahun silam, beliau sejatinya sudah lama berkecimpung di dunia saham bahkan jauh sebelum perusahaannya sendiri melakukan IPO (Initial Public Offering/IPO). Bahkan, beliau juga disebut sebagai investor yang menerapkan value investing.
Value investing merupakan metode untuk membeli saham di bawah harga wajarnya atau sering disebut dengan saham yang undervalue, untuk kemudian dijual di harga wajarnya. Value investing ini cocok untuk untuk investor yang punya tingkat kesabaran tinggi karena keuntungan maksimal justru diperoleh saat saham dijual beberapa tahun kemudian.
Menurut teman dekatnya sekaligus ahli finansial, yakni Lukas Setia Atmaja, Sukarto memilih untuk tidak membeli emiten blue chip.
Portofolio saham bapak kelahiran Palembang, 27 Januari 1968 ini terdiri dari saham-saham kecil yang tidak dilirik banyak orang.
Sukarto pernah membeberkan alasannya berkutat pada saham 'receh' selama puluhan tahun. Ia lebih memilih untuk investasi jangka panjang. Sukarto mengakui bahwa mengamati saham setiap hari sangat menyita waktu sedangkan ia punya perusahaan besar yakni BPS beserta karyawan-karyawannya yang harus diurus.
Karena tidak mau ambil pusing dengan nilai saham yang berfluktuasi, Sukarto hanya mengecek grafik saham sesekali. Kisah terkenal mengenai perjalanan Sukarto berinvestasi adalah saat beliau membeli saham PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk (MREI).
Beliau membeli saham MREI di tahun 2007 dengan harga Rp 200 saja. Pada tahun 2013, saham MREI naik jauh ke harga Rp 1.700/saham dan memberikan Sukarto keuntungan hingga Rp 37 miliar. Kesabaran dan kepandaian Sukarto dalam berinvestasi memang patut diapresiasi.
Alih-alih mengikuti arus untuk membeli saham blue chip, beliau bersikeras berinvestasi di emiten-emiten kecil.
Meskipun begitu, Sukarto juga pernah dirundung masalah saat krisis moneter 1998 mengguncang Indonesia dan dunia. Beliau mengaku telah kehilangan lebih dari Rp 1,5 miliar di masa kelam tersebut.