Crazy Rich Palembang Sukarto Bujung Giring HOKI ke FMCG

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
22 July 2022 15:40
Buyung Poetra Sembada
Foto: Ilustrasi beras (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Mungkin bagi kalangan milenial, terutama Gen Z mendengar sosok Sukarto Bujung masih cukup asing. Dia merupakan sosok di balik dari beras Buyung atau beras Hoki. Saat ini, Sukarto Bujung merupakan Direktur Utama Buyung Poetra Sembada.

HOKI berkembang dari sebuah toko beras di Palembang bernama Toko Buyung Palembang. Toko tersebut didirikan pada tahun 1977 hingga akhirnya melebarkan bisnisnya ke Jakarta di tahun 2003.

Meskipun mengawali penjualannya di Jakarta lewat pasar ke pasar basah, beras Topikoki milik HOKI berhasil menembus pasar modern atau supermarket.

Melesatnya bisnis HOKI memantik semangat Sukarto Bujung dan kawan-kawan untuk menambah variasi produk mereka.

Selain itu, keuntungan perusahaan membantu BPS dalam melakukan riset dan penelitian, serta mendirikan cabang di berbagai wilayah di Pulau Jawa. Pada Oktober 2019, Buyung Poetra Sembada atau dapat disingkat BPS sempat menambah kapasitas produksinya di pabrik Subang hingga 20 ton.

BPS resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2017.

Kembali ke Sukarto Bujung yang merupakan pria kelahiran Palembang 49 tahun silam, beliau sejatinya sudah lama berkecimpung di dunia saham bahkan jauh sebelum perusahaannya sendiri melakukan IPO (Initial Public Offering/IPO). Bahkan, beliau juga disebut sebagai investor yang menerapkan value investing.

Value investing merupakan metode untuk membeli saham di bawah harga wajarnya atau sering disebut dengan saham yang undervalue, untuk kemudian dijual di harga wajarnya. Value investing ini cocok untuk untuk investor yang punya tingkat kesabaran tinggi karena keuntungan maksimal justru diperoleh saat saham dijual beberapa tahun kemudian.

Menurut teman dekatnya sekaligus ahli finansial, yakni Lukas Setia Atmaja, Sukarto memilih untuk tidak membeli emiten blue chip.

Portofolio saham bapak kelahiran Palembang, 27 Januari 1968 ini terdiri dari saham-saham kecil yang tidak dilirik banyak orang.

Sukarto pernah membeberkan alasannya berkutat pada saham 'receh' selama puluhan tahun. Ia lebih memilih untuk investasi jangka panjang. Sukarto mengakui bahwa mengamati saham setiap hari sangat menyita waktu sedangkan ia punya perusahaan besar yakni BPS beserta karyawan-karyawannya yang harus diurus.

Karena tidak mau ambil pusing dengan nilai saham yang berfluktuasi, Sukarto hanya mengecek grafik saham sesekali. Kisah terkenal mengenai perjalanan Sukarto berinvestasi adalah saat beliau membeli saham PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk (MREI).

Beliau membeli saham MREI di tahun 2007 dengan harga Rp 200 saja. Pada tahun 2013, saham MREI naik jauh ke harga Rp 1.700/saham dan memberikan Sukarto keuntungan hingga Rp 37 miliar. Kesabaran dan kepandaian Sukarto dalam berinvestasi memang patut diapresiasi.

Alih-alih mengikuti arus untuk membeli saham blue chip, beliau bersikeras berinvestasi di emiten-emiten kecil.

Meskipun begitu, Sukarto juga pernah dirundung masalah saat krisis moneter 1998 mengguncang Indonesia dan dunia. Beliau mengaku telah kehilangan lebih dari Rp 1,5 miliar di masa kelam tersebut.

(chd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular