Menanti Arah Suku Bunga BI, Ikut Rusia & China atau Amerika?

Maesaroh, CNBC Indonesia
Kamis, 21/07/2022 08:55 WIB
Foto: Sputnik/AFP via Getty Images/ALEXEI DRUZHININ

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspektasi pasar Indonesia terbelah sama kuat dalam memproyeksikan kebijakan Bank Indonesia (BI) 7- Day Reverse Repo rate (BI-7DRR) bulan ini.

Polling yang dilakukan CNBC Indonesia dari 14 lembaga/institusi terkait kebijakan suku bunga acuan BI menunjukkan tujuh lembaga memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sementara tujuh lainnya memperkirakan BI-7DRR akan dipertahankan di level 3,5%.

Dua pandangan tersebut seolah mewakili keadaan global saat ini di mana ada beberapa bank sentral yang memilih sangat agresif menaikkan suku bunga sementara sebagian lainnya tetap mempertahankan suku bunga rendah.

Bank sentral sejumlah negara sudah mengeluarkan kebijakan moneter yang sangat agresif untuk meredam inflasi yang melonjak akibat melesatnya harga komoditas energi dan pangan.


Bank sentral negara adidaya Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 150 bps sepanjang semester I-2022. Kenaikan suku bunga acuan juga semakin membesar dari 25 bps pada Maret, 50 bps pada Juni, dan 75 bps pada Juli.
The Fed juga diperkirakan akan mengerek suku bunga acuan kembali pada pekan ini.

Pasar bahkan sempat berekspektasi jika The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 bps pada pekan depan menyusul lonjakan inflasi Juni. Namun, The Fed sudah mengesampingkan opsi tersebut.
Kebijakan tidak kalah agresif dilakukan bank sentral Inggris (BoE) dan bank sentral Australia (RBA).

BoE menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Juni 2022 menjadi 1,25%. Dengan demikian, bank sentral Inggris sudah menaikkan suku bunga acuan selama lima pertemuan beruntun sejak Desember 2021.

Bank sentral Australia (RBA) sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 125 bps sepanjang tahun ini menjadi 1,35%, tertinggi sejak Mei 2019. Terakhir, mereka menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada awal bulan ini.

Bank sentral negara tetangga, Malaysia dan Singapura juga sudah menaikkan suku bunga. Bank Negara Malaysia sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Mei dan Juli sehingga suku bunga acuan menjadi 2,25%.

Singapura, pekan lalu, secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuan mereka menjadi 1,56% dari sebelumnya 0,64%.
Bank sentral Eropa (ECB) juga sudah memutuskan akan menaikkan suku bunga acuan pada Kamis malam ini.




Namun, tidak semua bank sentral di dunia memilih menaikkan suku bunga dalam memerangi inflasi.

Bank sentral Jepang (BoJ) mempertahankan suku bunga ultra rendahnya di minus 0,1% pada rapat BOJ pada 19 Juni lalu .Suku bunga acuan sebesar itu sudah bertahan sejak 2016.

BoJ akan mengumumkan hasil rapat bulanan mereka pada pagi hari ini pukul 10:00 WIB. Pasar berekspektasi mereka kan kembali mempertahankan suku bunga acuan mereka.

Pekan lalu, BoJ sudah menegaskan sikapnya untuk mempertahankan suku bunga acuan hingga ada tanda-tanda pertumbuhan permintaan dan data kenaikan gaji.

"Jika perlu kami akan menambah pelonggaran moneter tanpa ragu-ragu dengan tetap memperhatikan inflasi," tutur Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda, seperti dikutip dari Reuters.

Bank sentral China (PBoOC), Rabu (20/7/2022), memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pinjaman(LPR) satu tahun di level 3,7%. Level tersebut sudah bertahan sejak Februari 2022.

Pada Desember 2021 dan Januari 2022, China bahkan memilih untuk menurunkan LPR masing-masing sebesar 5 bps dari 3,8% menjadi 3,7%. Langka tersebut dilakukan untuk mendongkrak ekonomi setelah jatuh karena pandemi Covid-19.

Berbanding terbalik dengan tren global, bank sentral Rusia memangkas suku bunga acuan sebesar 150 bps menjadi 9,5% pada Juni lalu. Sama dengan China, Rusia juga memangkas suku bunga untuk mendongkrak pertumbuhan.

Sejak invasi mereka ke Ukraina, Rusia telah memangkas suku bunga acuan sebesar 1.050 bps dari 20% pada Februari 2022 menjadi 9,5% pada Juni 2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Mengejutkan! Bank Sentral Rusia Pangkas Suku Bunga Jadi 20%