
Ikuti Jejak Wall Street, Bursa Asia Kompak Menghijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia kompak menghijau pada perdagangan hari ini, Kamis (5/5). Tren positif bursa Asia tersebut mengikuti bursa saham di Amerika Serikat (AS) yang perkasa setelah pengumuman kenaikan suku bunga The Fed.
Pada Kamis (5/5), pukul 09:05 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong HSI menguat 1,20% ke level 21.119,83. Pada pembukaan perdagangan, indeks Hang Seng juga langsung melesat 1,41% ke level 21.163,15.
Straits Times Singapura menguat 0,11% ke level 3.352,94 sementara Shanghai Composite Index menguat 0,71% ke level 3.068,75. Di Asia Pasifik, ASX 200 Australia terapresiasi 0,61% ke 7.349,60. Pada perdagangan hari ini, bursa saham Jepang dan Korea Selatan tutup untuk memperingati Hari Anak.
Hijaunya bursa saham Asia menjadi bukti bahwa pasar sudah "price in" dengan kebijakan The Fed. Tidak ada kejutan dari kebijakan The Fed karena pasar sudah memprediksi bank sentral AS tersebut akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada bulan ini. Mengutip CME FedWatch, pasar memperkirakan peluang kenaikan suku bunga acuan 50 bps mencapai lebih dari 99%.
Kenaikan suku bunga The Fed sebesar 50 bps memang terbilang agresif. Terakhir kali Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada Mei 2000.
Selama 20 tahun lebih, the Fed menaikkan suku bunga sebesar 0,25%.
Namun, pernyataan Chairman The Fed Jerome Powell yang mengatakan tidak mempertimbangkan kenaikan suku bunga sebesar 75 bps juga membuat pasar tenang.
"Pasar bisa memahami langkah The Fed. Memang ada kebutuhan untuk menjangkar kenaikan harga," ujar Greg Bassuk, CEO AXS Investment, seperti diberitakan Reuters.
Tidak hanya menaikkan suku bunga acuan, The Fed juga sudah secara terang-terangan menyebut soal rencana normalisasi neraca (balance sheet). Saat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), The Fed memborong surat berharga senilai US$ 120 miliar per bulan.
Pembelian surat berharga selama pandemi membuat neraca The Fed bengkak menjadi US$ 9 triliun. Pada Juni, Juli, dan Agustus, neraca itu akan dikurangi masing-masing US$ 47,5 miliar per bulan. Mulai September, nilai pengurangannya menjadi US$ 90 miliar per bulan.
Dalam konferensi pers usai rapat Komite Pengambil Kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC), Powell menyebut sikap agresif The Fed sulit terhindarkan. Pasalnya, inflasi di Negeri Paman Sam sudah sangat tinggi, yakni menembus 8,50% yang menjadi rekor tertingginya selama 40 tahun.
"(Inflasi) membuat sangat tidak nyaman. Kalau Anda adalah orang yang biasa-biasa saja, maka Anda tidak akan punya uang lebih untuk dibelanjakan. Kami sangat mengerti penderitaan ini," tutur Powell, seperti dikutip Reuters.
Bursa Amerika Terbang
Keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps disambut positif pasar saham Amerika Serika. Bursa Dow Jones Industrial Average ditutup di level 34061,06 naik 2,8%. Level kenaikan tersebut adalah yang terbesar sejak November 2020. Bursa S&P 500 ditutup di level 4300,17 atau melesat 3%. Level kenaikan tersebut adalah yang terbesar sejak Mei 2020. Sementara itu, bursa Nasdaq naik 3.2%, dan ditutup di level 12.964.86.
"Ada rasa lega (setelah keputusan fed)," tutur Christopher Smart, ke[ala Barings Investment Institute, kepada Wall Street Journal.
Sebelum keputusan keluar, pasar saham dan bond AS sempat goyang karena sejumlah investor khawatir bahwa kecepatan Fed dalam mengetatkan kebijakan moneternya akan mengurangi minat investor ke pasar saham. Banyak juga yang mengkhawatirkan jika kenaikan suku bunga The Fed untuk memerangi inflasi akan membawa ekonomi global ke jurang resesi.
Selain The Fed, Bank sentral Brazil juga menaikkan suku bunga sebesar 100 bos ke level 12,75%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Suku Bunga AS Naik, BI Juga Ikutan? Begini Penjelasannya