
Harga CPO Istirahat Sejenak, Turun 0,1% Setelah Lompat 3%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) turun tipis di sesi awal perdagangan pada Kamis (21/7/2022), setelah kemarin reli hingga 3,28%.
Melansir Refinitiv, pukul 08:00 WIB, harga CPO diperdagangkan di posisi MYR 3.931/ton atau turun tipis 0,1%.
Meski begitu, harga CPO berhasil membukukan kenaikan 10,17% di sepanjang pekan ini. Namun, masih mengakumulasi penurunan 12,63% secara bulanan dan anjlok 4,61% secara tahunan.
Wang Tao, analis Reuters menilai bahwa harga CPO hari ini terjepit dalam kisaran MYR 3.840-4.057/ton, sehingga titik target MYR 4.246/ton untuk sementara dibatalkan.
Namun, penembusan di atas MYR 4.057/ton dapat menyebabkan kenaikan ke kisaran MYR 4.232-4.407/ton.
![]() |
Pada Rabu (21/7), minyak sawit berjangka Malaysia ditutup melesat 3,28% ke MYR 3.935/ton (US$884,7/ton), menutup semua kerugian dari sesi sebelumnya karena pelemahan harga baru-baru ini mendorong permintaan baru dari pembeli.
Kini, harga CPO diperdagangkan lebih murah dibandingkan dengan minyak saingannya, sehingga menjadi lebih menarik, tidak heran jika permintaan kembali meningkat.
Minyak sawit mentah ditawarkan dengan harga $1.062 per ton termasuk biaya, asuransi dan pengiriman (CIF) di India untuk pengiriman Agustus, dibandingkan dengan $1.417 dan $1.550 untuk minyak kedelai mentah dan minyak bunga matahari.
Sudhakar Rao Desai, Presiden Asosiasi Produsen Minyak Nabati India (IVPA) mengatakan bahwa India telah mengimpor 1,68 juta ton pada Juni dan diprediksikan akan mengimpor 2 juta ton minyak sawit pada bulan setelahnya.
Tidak hanya itu, kenaikan harga CPO didukung oleh naiknya harga minyak kedelai di Dalian. Seperti yang diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak saingan karena mereka bersaing untuk mendapatkan pasar. Artinya, jika harga minyak kedelai naik, maka akan mengerek harga CPO naik juga.
Sementara itu, harga CPO hari ini turun tipis, tampaknya disebabkan oleh ekspor CPO Malaysia yang turun dan krisis tenaga kerja di Malaysia membatasi produksi.
Menurut data Kargo Surveyor bahwa ekspor CPO Malaysia periode 1-20 Juli anjlok antara 2%-9,6% ketimbang periode yang sama pada bulan sebelumnya.
United Plantations mengatakan bahwa krisis tenaga kerja asing yang akut, dinilainya sebagai risiko utama di sisa tahun ini.
Malaysia, yang merupakan produsen terbesar kedua di dunia, kehilangan sekitar 57.880 ton buah kelapa sawit setiap hari, atau 1,5 juta ton per bulan, karena krisis tenaga kerja, kementerian komoditas mengatakan pada hari Selasa (19/7). Industri perkebunan dan pemerintah Malaysia telah bekerja sama untuk memfasilitasi perekrutan pekerja migran, tapi baru akan dirasakan dampak positifnya pada akhir kuartal pertama tahun 2023.
Tidak hanya itu, harga minyak kedelai di Dalian tercatat turun 0.1% yang ikut membebani pergerakan harga CPO hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terimakasih RI! Harga CPO Dunia Jadi Lebih Murah