Bursa Asia Cerah Bergairah, Nikkei-IHSG Melejit 2% Lebih

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
20 July 2022 16:49
Employees of the Korea Exchange (KRX) pose in front of the final stock price index during a photo opportunity for the media at the ceremonial closing event of the 2018 stock market in Seoul, South Korea, December 28, 2018.    REUTERS/Kim Hong-Ji
Foto: Karyawan Bursa Korea (KRX) berpose di depan indeks harga saham akhir selama kesempatan berfoto untuk media di acara penutupan seremonial pasar saham 2018 di Seoul, Korea Selatan, 28 Desember 2018. REUTERS / Kim Hong- Ji

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup cerah bergairah pada perdagangan Rabu (20/7/2022), di mana investor di kawasan tersebut cenderung optimis pada hari ini.

Indeks Nikkei Jepang memimpin penguatan bursa Asia-Pasifik pada hari ini, di mana indeks saham Negeri Sakura tersebut ditutup terbang 2,67% ke posisi 27.680,26.

Saham peritel Fast Retailing dan saham semikonduktor Tokyo Electron menjadi penopang Nikkei pada hari ini, di mana saham Fast Retailing melesat 2,59% dan saham Tokyo Electron melonjak 4,88%.

Sedangkan indeks saham Asia-Pasifik lainnya juga semringah pada hari ini. Indeks Hang Seng Hong Kong melesat 1,11% ke 20.890,22, Shanghai Composite China menguat 0,77% ke 3.304,72, dan ASX 200 Australia melonjak 1,65% ke 6.759,2.

Sementara untuk indeks Straits Times Singapura ditutup melompat 1,68% ke 3.170,29, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,67% ke 2.386,85, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melejit 2,06% ke posisi 6.874,74.

Dari China, bank sentral (People Bank of China/PBoC) memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya pada hari ini, karena para pembuat kebijakan mengambil pendekatan yang hati-hati di tengah tanda-tanda pemulihan ekonomi, meningkatnya tekanan inflasi domestik, dan kenaikan suku bunga global yang agresif.

Suku bunga kredit (loan prime rate/LPR) tenor 1 tahun tetap di 3,7%, sedangkan LPR tenor 5 tahun juga bertahan di 4,45%. Hal ini sesuai dengan ekspektasi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan bahwa PBoC tetap mempertahankan tingkat LPR-nya.

China, bersama dengan Jepang memiliki jalur yang berbeda dengan bank sentral lainnya, utamanya bank sentral di Negara Barat yang kini lebih agresif untuk menaikkan suku bunga acuannya demi menjinakkan inflasi yang masih meninggi.

Bank sentral China dan Jepang masih cenderung bersikap dovish karena perekonomiannya masih belum sepenuhnya pulih. Di lain sisi, inflasi keduanya yang masih sesuai target juga turut menjadikan bank sentral China dan Jepang masih bersikap dovish.

Sementara itu dari Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) masih akan menaikkan suku bunga acuannya pada rapat berikutnya, yakni edisi Juli 2022.

Hingga Juni lalu, RBA sudah menaikkan suku bunga 3 bulan beruntun menjadi 1,35% yang merupakan titik tertinggi sejak Mei 2019.

Notula rapat kebijakan moneter yang dirilis kemarin juga menegaskan bahwa para anggota setuju untuk mengambil langkah lebih lanjut untuk menormalisasi kondisi moneter. Artinya suku bunga akan kembali dinaikkan.

Sebelumnya, Gubernur RBA, Philip Lowe mengatakan bahwa inflasi pada kuartal kedua tahun ini yang akan dirilis pekan depan akan menunjukkan peningkatan lebih lanjut dan perlu ada jalan kembali ke inflasi 2% hingga 3%.

Inflasi Australia pada kuartal I-2022 naik 5,1%. Dalam sambutannya, Lowe juga mengatakan tarif nominal netral minimal 2,5%, sedangkan tarif saat ini 1,35%.

Optimisme pasar di Asia-Pasifik juga terjadi setelah bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup cerah bergairah pada perdagangan Selasa kemarin waktu setempat.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 2,43%, S&P 500 melejit 2,76%, dan Nasdaq Composite terbang 3,11%.

Namun, beberapa analis tetap memberi rekomendasi kepada investor untuk bersiap menghadapi lebih banyak tren penurunan di masa depan.

"(Meskipun) saya mengakui sentimen buruk dan kita bisa melihat reli besar, saya saat ini lebih peduli untuk melindungi sisi bawah daripada melewatkan sisi atas, secara agregat," tulis analis Wedbush Kevin Merritt dikutip CNBC Internasional Senin (18/7/2022) lalu.

Sementara itu, Chris Senyek dari Wolfe Research mengatakan perdagangan kemungkinan akan tetap sangat fluktuatif, dengan lebih banyak reli pasar bearish, di bulan-bulan mendatang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular