Harga Batu Bara Longsor, Saham BUMI Masih Menguat 2% Lebih

Putra, CNBC Indonesia
Senin, 18/07/2022 13:30 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ditransaksikan menguat 2,67% ke Rp 77/unit pada sesi I perdagangan Senin (18/7/2022).

Saham BUMI dibuka di Rp 75/unit dan diperdagangkan di rentang Rp 75-77 per unit pada perdagangan sesi I.

Data perdagangan mencatat, saham BUMI sudah ditransaksikan sebanyak 3.686 kali dengan nilai transaksi mencapai Rp 26 miliar.


Nilai kapitalisasi pasar BUMI mencapai Rp 10,4 triliun dan saham BUMI ditransaksikan dengan rasio Price to Earnings (PER) sebesar 3,57x.

Sebagai salah satu produsen batu bara terbesar di Tanah Air, pergerakan harga saham BUMI sangat sensitif terhadap harga batu bara global.

Penguatan harga batu bara global menjadi katalis positif untuk pergerakan harga saham BUMI dan emiten batu bara lain.

Namun belakangan ini harga batu bara acuan global melorot ke bawah US$ 400/ton seiring dengan berhembusnya kabar hubungan Australia dengan China yang membaik.

Untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga batu bara yang terjadi, BUMI berupaya untuk menggenjot produksinya.

Pada kuartal I-2022, BUMI berhasil mencatatkan produksi batu bara sebanyak 16,3 juta ton atau lebih rendah dari target 18 juta ton.

Penurunan produksi tersebut diakibatkan oleh faktor cuaca hujan deras dan efek La Nina di area pertambangan.

Namun harga jual rata-rata dari batu bara BUMI mengalami kenaikan sampai 59% secara tahunan hingga Maret 2022.

Untuk diketahui, harga jual rata-rata batu bara BUMI pada kuartal I-2022 mencapai US$ 84,5/ton atau naik dari US$ 53,1/ton pada periode yang sama tahun lalu.

Untuk tahun ini BUMI menargetkan produksi batu baranya sebanyak 83-86 juta ton dari dua tambang terbesarnya yaitu PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(vap/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Putar Otak Bisnis Komoditas Andalan RI Lawan Efek Trump