Analisis Teknikal

Level 6.700 Masih Sulit, IHSG Merosot Lagi di Sesi II?

Tri Putra, CNBC Indonesia
18 July 2022 13:10
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup stagnan di 6.652 pada sesi I perdagangan Senin (18/7/2022). Padahal, di awal perdagangan IHSG sempat melesat dan tembus 6.702 sebagai posisi intraday tertinggi. Namun IHSG juga sempat mencicipi zona koreksi dengan posisi terendah di 6.641.

Data perdagangan mencatat sebanyak 245 saham menguat, 242 saham melemah dan 168 saham stagnan. IHSG justru stagnan saat indeks saham acuan bursa Asia lainnya mengalami penguatan. Indeks Hang Seng bahkan menguat 2,52%.

Bursa saham Amerika Serikat tertunduk lesu pekan lalu. Inflasi yang makin memanas juga membuat uang investor di aset berisiko bisa "kebakaran". Dow Jones turun 0,17% ptp sepanjang pekan lalu menjadi 31.286,02. Sementara itu, S&P 500 drop 0,93% ke 3.863,16 dan Nasdaq turun 1,17% ke 11.983,62.

Inflasi yang terlampau panas menggerakkan niat bank sentral dunia untuk menaikkan suku bunganya dengan lebih agresif. Adanya ancaman perlambatan ekonomi global dan resesi di AS membuat harga aset-aset berisiko seperti saham mengalami pelemahan. Setelah berakhir stagnan di sesi I, bagaimana arah pergerakan IHSG di sesi II? Berikut ulasan teknikalnya.

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan indikator Bollinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Jika melihat level penutupan IHSG dan indikator BB sesi I, indeks bergerak mendekati batas bawah BB terdekat di 6.635. Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

idrGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu. Indikator ini berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Indikator RSI mengalami penurunan dan berada di di 40,89. Penurunan RSI mencerminkan terjadinya penguatan momentum jual. Dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 memotong garis EMA 26 dan bar histogram bergerak di area negatif. Sejak awal bulan Juli, IHSG cenderung membentuk pola konsolidasi di rentang 6.600-6.700. Untuk sesi II, waspadai koreksi IHSG dengan support terdekat di 6.600.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular